Keputusan Yang Sulit di terima

Maret 02, 2013 , 0 Comments

Maret 2010….
Nhingz, BLOG--Disaat canda tawa yang berlangsung dalam ruangan XII Ipa 1 Man 2 Kota Bima, tiba-tiba muncul Pak Haris didepan ruangan seraya menyuruh agar semua siswa kelas XII berkumpul di ruangan Multimedia. Katanya kami harus menyambut tamu dari luar yang berkunjung kesekolah kami.
Tidak berpikir panjang, kami memenuhi perintah itu dan langsung menuju ruang multimedia. Sampai diruangan, tampaknya sudah hampir penuh dengan siswa kelas XII lainnya, seperti dari ruangan Bahasa, IPS, dan IPA. Hmmm,, terpaksa deh aku dengan Ayhu (sahabatku) duduk dipojok, dan teman satu ruangan lainnya berpencar mencari kursi yang kosong.
Nhingz dan Ayhu
10 menit kemudian salah seorang Bapak mulai angkat bicara memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangannya. Ternyata beliau adalah salah seorang Dosen dari kampus STIKI Bali yang ingin menginformasikan terkait dengan kampus tersebut. Dikala ia sedang memaparkannya, patnernya yang lain membagi brosur ke semua siswa dalam ruangan.
Setelah melihat brosur dan mendengar pemaparan mengenai program yang dibuka dikampus itu yakni Tekhnik Informatika, aku mulai tertarik dan berencana saat kulyah nanti untuk mengambil program itu sekaligus masuk kampus itu tentunya.
Dan kebetulan waktu itu adalah hari sabtu, dimana saatnya aku untuk pulang kampong (pulkam), jadi aku ingin segera memberitahukan kepada Orang tua tentang informasi tadi.
Persiapan Saat mau Pulkam
 Yupzz, sore hari aku sampai dikampung. Kemudian langsung memperlihatkan brosur kampus STIKI Bali kepada Kedua Orang tua. Saat melihatnya, responnya Papa baik, beliau juga menyanjung gedungnya dan kelengkapan fasilitasnya.
“Kampus ini lumayan bagus, tapi ada dua hal yang mendorong aku untuk menyetujui kemauanmu. Pertama terkait daerah letak kampusnya yaitu di Bali, dilihat dari sifatmu yang cepat terpengaruh akan pergaulan, pasti tidak akan bertahan menjalani aktifitas kamu lainnya. Dan kedua untuk program Tekhnik Informatika, aku nggak setuju kamu mengambil program ini, karena yang aku inginkan kamu kedepannya akan menjadi guru”. Tutur Papa
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menanggapinya.
“Saya bisa lanjut satu tahun lagi untuk mendapatkan sertifikat professional dan bisa kok mengajar”.
Tetap tidak ingin mengubah keputusannya, Papa menambahkan kalau aku akan dikulyahkan keluar kota, bukan kota Bali, tapi kota Makassar seperti Kakak dengan kampus yang sama, kemudian untuk program yang mau di ambil aku disuruh berpikir dulu. Yahh,, daripada menentang orang tua aku berusaha menerimanya dengan lapang dada.. Hmmm dari pada nggak dikulyahkan, kann kacian akunyaaa…. ^,^
Beberapa minggu kemudian setelah berpikir matang dan melihat kemampuan dalam diri, aku memutuskan untuk mengambil program yang berkaitan dengan perhitungan, seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Kemudian aku pun memberitahukan kepada Orang tua.
Mendengar hal itu kedua orang tuaku menyetujuinya. Dan mereka memberi saran supaya ku belajar dengan giat, karena dua minggu kemudian aku akan menghadapi Ujian Nasional untuk SMA/MA.
Kalau nggak salah ingat, akhir bulan maret aku selesai mengikuti UAN. Tanpa berlama-lama disekolah aku langsung pulang kekozh untuk merapikan/mengumpulkan semua barang yang ada  dikamar, karena barang itu akan di bawah kekampung. Masa kozh tahun ini juga hampir berakhir, so aku selesai menempatinya.

Photo1, Setelah selesai menjalani Ujian

Photo2, Setelah selesai menjalani Ujian
Dua hari sebelum pengumuman kelulusan, mungkin ada pengaruh dari orang lain tiba-tiba Mama menuturkan kalau beliau tidak mengijinkanq untuk menjalani kulyah di luar kota, karena dia menginginkan aku untuk kulyah di Kota Bima saja. Alasannya, beliau tidak sanggup jauh dari anak prempuan pertamanya.
Sungguh kaget mendengarnya, aku nggak bisa terima.
Mengenai alasan yang dituturnya, aku bisa mengerti karena memang itu adalah suatu rasa yang wajar bagi seorang ibu yang tidak ingin jauh dari anaknya. Tapi berhubung aku punya prinsip “Suatu perjanjian harus dipenuhi dan menyuruhnya tiba-tiba berhenti, itu tidak segampang membalikkan telapak tangan.
“Kenapa Mama tiba-tiba membuat keputusan itu. Aku berusaha terima kemarin, larangan kalian untuk kulyah di Bali, tapi dikala aku ingin memenuhi kemauan kalian, malah Mama sendiri yang ngelarang”. Belaku
Kemudian seraya bertanya,
            “Apa Papa tahu tentang keptusan ini?”
Tak berbicara, Mama hanya menggelengkan kepalanya. Aku langsung ke kamar, sambil menunggu Papa pulang dari Mesjid dalam menunaikan Sholat Isya.
20 menit kemudian, Papa pulang dan langsung menyaksikkan Televsi di lantai 2. Aku menghampiri beliau dan menngajukan pertanyaan tentang keputusan Mama.
“Papa nggak tahu tentang itu. Papa tetap pada keputusan untuk menyekolahkanmu ke luar Kota yakni Kota Makassar. Menurut Papa kampus disana banyak yang suadah terakreditasi dan berlabel negeri, pastinya kampus tersebut mempunyai kualitas yang baik”.
Kemudian beliau menambahkan, jika aku mengikuti keputusan Mama berarti Papa takkan membiayai kulyahku.
Mendengar pernyataan itu, aku bingung harus mengikuti keputusan siapa di antara keduanya.. Jika mengikuti keputusan Mama, aku selalu berpikir “Jadi nggak aku kulyah nanti?”. Dimana dalam menjalani proses perkulyahan otomatis membutuhkan materi yang tidak sedikit, sedangkan uang ini merupakan hasil kerja Papa. Sebaliknya jika aku mengikuti keputusan Papa, pastinya Mama akan marah dan sedihh.
Hmmm,, tak lama kemudian Papa bilang, kalau Mama marahnya sebentar kok, lama-kelamaan seiring berjalannya waktu pasti akan menyetujui keputusan Papa. Darinya kalau memang sifat Mama seperti itu, aku akan memutuskan untuk tetap pada keputusan awal yang merupakan keputusan Papa yaitu kulyah di kota Makassar.

Nhingzhdt

Saya adalah seorang individu yang sedang berusaha mengejar tujuan untuk menjadi sukses, dan berharap hal itu segera terealisasi. Aktivitas saya sehari-hari sebagai seorang guru mata pelajaran IPA, saya mempunyai dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan dan semoga menjadi teladan bagi murid saya.

0 comments: