Keputusan Yang Sulit di terima
Maret
2010….
Nhingz,
BLOG--Disaat canda tawa yang berlangsung dalam ruangan XII Ipa 1 Man 2 Kota Bima, tiba-tiba muncul Pak Haris didepan
ruangan seraya menyuruh agar semua siswa kelas XII berkumpul di ruangan Multimedia. Katanya kami harus menyambut
tamu dari luar yang berkunjung kesekolah kami.
Tidak
berpikir panjang, kami memenuhi perintah itu dan langsung menuju ruang multimedia.
Sampai diruangan, tampaknya sudah hampir penuh dengan siswa kelas XII lainnya,
seperti dari ruangan Bahasa, IPS, dan IPA. Hmmm,, terpaksa deh aku dengan Ayhu (sahabatku) duduk dipojok, dan
teman satu ruangan lainnya berpencar mencari kursi yang kosong.
Nhingz dan Ayhu |
10
menit kemudian salah seorang Bapak mulai angkat bicara memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan kedatangannya. Ternyata beliau adalah salah seorang Dosen dari
kampus STIKI Bali yang ingin menginformasikan
terkait dengan kampus tersebut. Dikala ia sedang memaparkannya, patnernya yang
lain membagi brosur ke semua siswa dalam ruangan.
Setelah
melihat brosur dan mendengar pemaparan mengenai program yang dibuka dikampus
itu yakni Tekhnik Informatika, aku
mulai tertarik dan berencana saat kulyah nanti untuk mengambil program itu
sekaligus masuk kampus itu tentunya.
Dan
kebetulan waktu itu adalah hari sabtu, dimana saatnya aku untuk pulang kampong (pulkam),
jadi aku ingin segera memberitahukan kepada Orang tua tentang informasi tadi.
Persiapan Saat mau Pulkam |
Yupzz, sore hari aku sampai dikampung.
Kemudian langsung memperlihatkan brosur kampus STIKI Bali kepada Kedua Orang
tua. Saat melihatnya, responnya Papa baik, beliau juga menyanjung gedungnya dan
kelengkapan fasilitasnya.
“Kampus ini lumayan bagus, tapi ada
dua hal yang mendorong aku untuk menyetujui kemauanmu. Pertama terkait daerah
letak kampusnya yaitu di Bali, dilihat dari sifatmu yang cepat terpengaruh akan
pergaulan, pasti tidak akan bertahan menjalani aktifitas kamu lainnya. Dan
kedua untuk program Tekhnik Informatika,
aku nggak setuju kamu mengambil program ini, karena yang aku inginkan kamu
kedepannya akan menjadi guru”. Tutur Papa
Tanpa
berpikir panjang, aku langsung menanggapinya.
“Saya bisa lanjut satu tahun lagi
untuk mendapatkan sertifikat professional dan bisa kok mengajar”.
Tetap
tidak ingin mengubah keputusannya, Papa menambahkan kalau aku akan dikulyahkan
keluar kota, bukan kota Bali, tapi
kota Makassar seperti Kakak dengan
kampus yang sama, kemudian untuk program yang mau di ambil aku disuruh berpikir
dulu. Yahh,, daripada menentang orang tua aku berusaha menerimanya dengan
lapang dada.. Hmmm dari pada nggak dikulyahkan, kann kacian akunyaaa…. ^,^
Beberapa
minggu kemudian setelah berpikir matang dan melihat kemampuan dalam diri, aku
memutuskan untuk mengambil program yang berkaitan dengan perhitungan, seperti
matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Kemudian aku pun memberitahukan
kepada Orang tua.
Mendengar
hal itu kedua orang tuaku menyetujuinya. Dan mereka memberi saran supaya ku
belajar dengan giat, karena dua minggu kemudian aku akan menghadapi Ujian Nasional untuk SMA/MA.
Kalau
nggak salah ingat, akhir bulan maret aku selesai mengikuti UAN. Tanpa
berlama-lama disekolah aku langsung pulang kekozh untuk merapikan/mengumpulkan semua
barang yang ada dikamar, karena barang
itu akan di bawah kekampung. Masa kozh tahun ini juga hampir berakhir, so aku
selesai menempatinya.
Photo1, Setelah selesai menjalani Ujian |
Photo2, Setelah selesai menjalani Ujian |
Dua
hari sebelum pengumuman kelulusan, mungkin ada pengaruh dari orang lain
tiba-tiba Mama menuturkan kalau beliau tidak mengijinkanq untuk menjalani
kulyah di luar kota, karena dia menginginkan aku untuk kulyah di Kota Bima saja. Alasannya, beliau tidak
sanggup jauh dari anak prempuan pertamanya.
Sungguh
kaget mendengarnya, aku nggak bisa terima.
Mengenai
alasan yang dituturnya, aku bisa mengerti karena memang itu adalah suatu rasa
yang wajar bagi seorang ibu yang tidak ingin jauh dari anaknya. Tapi berhubung
aku punya prinsip “Suatu perjanjian harus dipenuhi dan menyuruhnya tiba-tiba berhenti,
itu tidak segampang membalikkan telapak tangan.
“Kenapa Mama tiba-tiba membuat keputusan
itu. Aku berusaha terima kemarin, larangan kalian untuk kulyah di Bali, tapi
dikala aku ingin memenuhi kemauan kalian, malah Mama sendiri yang ngelarang”. Belaku
Kemudian
seraya bertanya,
“Apa
Papa tahu tentang keptusan ini?”
Tak
berbicara, Mama hanya menggelengkan kepalanya. Aku langsung ke kamar, sambil
menunggu Papa pulang dari Mesjid
dalam menunaikan Sholat Isya.
20
menit kemudian, Papa pulang dan langsung menyaksikkan Televsi di lantai 2. Aku
menghampiri beliau dan menngajukan pertanyaan tentang keputusan Mama.
“Papa nggak tahu tentang itu. Papa
tetap pada keputusan untuk menyekolahkanmu ke luar Kota yakni Kota Makassar.
Menurut Papa kampus disana banyak yang suadah terakreditasi dan berlabel
negeri, pastinya kampus tersebut mempunyai kualitas yang baik”.
Kemudian
beliau menambahkan, jika aku mengikuti keputusan Mama berarti Papa takkan
membiayai kulyahku.
Mendengar
pernyataan itu, aku bingung harus mengikuti keputusan siapa di antara keduanya..
Jika mengikuti keputusan Mama, aku selalu berpikir “Jadi nggak aku kulyah
nanti?”. Dimana dalam menjalani proses perkulyahan otomatis membutuhkan materi
yang tidak sedikit, sedangkan uang ini merupakan hasil kerja Papa. Sebaliknya
jika aku mengikuti keputusan Papa, pastinya Mama akan marah dan sedihh.
Hmmm,,
tak lama kemudian Papa bilang, kalau Mama marahnya sebentar kok, lama-kelamaan
seiring berjalannya waktu pasti akan menyetujui keputusan Papa. Darinya kalau
memang sifat Mama seperti itu, aku akan memutuskan untuk tetap pada keputusan
awal yang merupakan keputusan Papa yaitu kulyah di kota Makassar.
0 comments:
Posting Komentar