Efek Fotolistrik
Nhingz, BLOG--Dalam postulatnya
Planck mengkuantisasikan energi yang dapat dimiliki osilator, tetapi tetap
memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala gelombang. Einstein dapat
menerangkan efek fotolistrik dengan meluaskan konsep kuantisasi Planck.
Einstein menggambarkan bahwa apabila suatu osilator dengan energi pindah ke
suatu keadaan dengan energi, maka osilator tersebut memancarkan suatu gumpalan
energi elektromagnetik dengan energi, Einstein menganggap bahwa gumpalan
energi yang semacam itu yang kemudian dikenal sebagai foton, yang memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
- Pada saat foton meninggalkan permukaan dinding rongga tidak menyebar dalam ruang seperti gelombang tetapi tetap terkonsentrasi dalam ruang yang terbatas yang sangat kecil.
- Dalam perambatannya, foton bergerak dengan kecepatan cahaya c.
- Energi faton terkait dengan frekuensinya yang memenuhi e = hv.
- Dalam proses efek fotolistrik energi foton diserap seluruhnya oleh elektron yang berada di permukaan logam.
Lima tahun
sesudah Planck mengajukan makalah ilmiahnya tentang teori radiasi thermal oleh
benda hitam sempurna, yaitu pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan teori
kuantum untuk menerangkan gejala fotolistrik. Secara eksperimental sahihnya
teori kuantum itu dibuktikan oleh Millikan pada tahun 1914. Millikan secara
eksperimental membuktikan hubungan linear antara tegangan pemberhentian
elektron dan frekwensi cahaya yang mendesak elektron pada bahan katoda
tertentu.
Pada tahun 1921
Albert Einstein memperoleh hadian Nobel untuk Fisika, karena secara teoritis
berhasil menerangkan gejala efek fotolistrik. Kesahihan penafsiran Einstein
mengenal fotolistrik diperkuat dengan telaah tentang emisi termionik. Telah
alam diketahui bahwa dengan adanya panas akan dapat meningkatkan konduktivitas
udara yang ada di sekelilingnya. Menjelang abad ke-19 ditemukan emisi elektron
dari benda panas. Emisi termionik memungkinkan bekerjanya piranti seperti
tabung televisi yang di dalamnya terdapat filamen logam atau katoda berlapisan khusus
yang pada temperatur tinggi mampu menyajikan arus elektron yang rapat.
Jelaslah bahwa
elektron yang terpancar memperoleh energi dari agitasi thermal zarah pada
logam, dan dapat diharapkan bahwa elektron harus mendapat energi minimum
tertentu supaya dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai
permukaan dan selalu berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk permukaan
yang sama. Dalam emisi fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang
diperlukan oleh elektron untuk lepas, sedang dalam emisi termionik kalorlah
yang menyediakannya. Dalam kedua kasus itu proses fisis yang bersangkutan
dengan timbulnya elektron dari permukaan logam adalah sama.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Untuk
membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel
surya. Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep
efek fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV
jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya tersebut mendorong elektron keluar
dari benda tersebut yang jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep
yang sederhana ini tidak ditemukan kemudian dimanfaatkan begitu saja, namun
terdapat serangkain proses yang diwarnai dengan perdebatan para ilmuan hingga
ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran para ilmuan tersebut,
yakni cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula sebagai pertikel.
Sifat mendua dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.
Meskipun sifat
gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad ke-19, ada
beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan
dengan sifat gelombang cahaya itu. Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa
suatu keping itu mula-mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya
pula bahwa suatu keping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila
disinari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengamatan-pengamatan di
atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar muatan litrik negatif
dari permukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai efek
fotolistrik.
Uraian diatas
merupakan pengantar untuk memasuki sebuah penjelasan yang lebih detail dan
mendalam tentang efek fotolistrik. Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh
penulis disini seperti sejarah penemuan Efek Foto Listrik,sekilas tentang Efek
Foto Listrik, pengertian dan pengkajian mendalam tentang Efek Foto Listrik,
soal-soal dan pembahasan dan aplikasi Efek Foto Listrik dalam kehidupan
sehari-hari.
Terdapat begitu
banyak manfaat dari Efek Foto Listrik ini, tentunya akan kita ketahui melalui
pengkajian yang mendalam melalui materi ini dan harapan kita tentunya agar kita
dapat mengaplikasikannya atau minimal dapat menjelaskannya kepada orang
disekitar kita tentang sebuah fenomena fisika yang begitu memukau ini.
PEMBAHASAN
2.1 sejarah
Penemuan Teori Efek Foto Listrik
Seratus tahun
lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung, ia
melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling
berpengaruh di abad ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun
Keajaiban Einstein. Salah satu makalah itu adalah tentang efek fotolistrik.
Oleh panitia Hadiah Nobel Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika
pada 1921.
Einstein
termashur dengan teori relativitasnya. Hampir semua orang kenal formula E =
mc2, namun sedikit saja yang mengetahui apa itu efek fotolistrik yang
mengantarkan Einstein sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921
panitia hadiah Nobel menuliskan bahwa Einstein dianugrahi penghargaan tertinggi
di bidang sains tersebut atas jasanya di bidang fisika teori terutama untuk penemuan hukum efek fotolistrik. Lantas
mengapa ia tidak menerima Nobel dari teori relativitas yang berdampak
filosofis tinggi tersebut?
Apa hubungan Max
Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya
bahwa cahaya dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia
sebut quanta. Ia memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya
mendapatkan Hadiah Nobel Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini
diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah tentang
efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang
kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan
logam, foton-fotonnya akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam
tersebut sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.
Efek fotolistrik
merupakan proses perubahan sifatsifat konduksi listrik di dalam material
karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Efek ini
mengakibatkan terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor,
atau pancaran elektron bebas dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena
pertama dikenal sebagai efek fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua
disebut efek fotolistrik eksternal.
Einstein
menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17 Maret 1905 dan
mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari setelah ulang
tahunnya yang ke 26. Di dalam paper tersebut Einstein untuk pertama kalinya
memperkenalkan istilah kuantum (paket) cahaya. Pada pendahuluan paper ia
berargumentasi bahwa prosesproses seperti radiasi benda hitam, fotoluminesens,
dan produksi sinar katode, hanya dapat dijelaskan jika energi cahaya tersebut
tidak terdistribusi secara kontinyu.
Pada kenyataanya,
inilah ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi teor-teori mapan
saat itu. Salah satunya adalah teori Maxwell yang berhasil memadukan fenomena
kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula serta menyimpulkan bahwa cahaya
merupakan salah satu wujud gelombang elektromagnetik. Jelas dibutuhkan waktu
cukup lama untuk meyakinkan komunitas fisika jika cahaya memiliki sifat
granular.
Dalam kenyataanya
dibutuhkan hampir 11 tahun hingga seorang Robert Millikan berhasil membuktikan
hipotesis Einstein. Tidak tanggung-tanggung juga, Millikan menghabiskan waktu
10 tahun untuk pembuktian tersebut.
Pada saat itu
Einstein mempublikasikan paper lain berjudul Teori Kuantum Cahaya. Di dalam
paper ini ia menjelaskan proses emisi dan absorpsi paket cahaya dalam molekul,
serta menghitung peluang emisi spontan dan emisi yang
diinduksi yang selanjutnya dikenal sebagai koefisien EinsteinA danB. Kedua koefisien ini bermanfaat dalam menjelaskan secara teoretis penemuan laser di kemudian hari. Tujuh tahun kemudian Arthur Compton berhasil membuat eksperimen yang membuktikan sifat kuantum cahaya tersebut dengan bantuan teori relativitas khusus.
diinduksi yang selanjutnya dikenal sebagai koefisien EinsteinA danB. Kedua koefisien ini bermanfaat dalam menjelaskan secara teoretis penemuan laser di kemudian hari. Tujuh tahun kemudian Arthur Compton berhasil membuat eksperimen yang membuktikan sifat kuantum cahaya tersebut dengan bantuan teori relativitas khusus.
Ide Einstein
memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang materi. Konsep ini
menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu gelombang dengan
panjang gelombang berbanding terbalik terhadap momentumnya. Sederhananya, ide
de Broglie ini merupakan kebalikan dari ide Einstein. Kedua ide ini selanjutnya
membantu melahirkan mekanika kuantum melalui persamaan Schroedinger yang menandai
berakhirnya masa fisika klasik.
2.2 Sekilas
Tentang Efek Foto Listrik
Untuk menguji
teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert Einstein mengadakan
suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki
energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal
dengan sebutan efek fotolistrik. Peristiwa efek fotolistrik yaitu
terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut disinari
cahaya.
Menggambarkan skema alat yang digunakan
Einstein untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa
udara yang dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan
sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang
gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada
saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter menunjukkan adanya arus
listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini
terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya
disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai
diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil
dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat
tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang
berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang
keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti,
yang nilainya tidak= tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan
adalah sebesar:
Ek = mv2 = e Vo
…. (7.4)
dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)
Berdasarkan hasil
percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan pada keping
akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika
frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi
minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam
yang dipakai. Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori
gelombang dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek
fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting,
yaitu frekuensi (panjang
gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori
gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek
fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori
gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas
foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik
elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori
gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan
terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu
dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang
diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari permukaan logam.
Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan
logam dalam waktu
singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori
gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto
bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar. Teori kuantum mampu
menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton memiliki
energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton
berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama
frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein
energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika
diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut
lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan
energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal
yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi
kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung
pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada
elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan
berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih
kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron
foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut
frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan
elektron foto disebut panjang
gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton,
fungsi kerja dan energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan
dalam persamaan :
E = Wo + Ek atau Ek = E – Wo
Ek = hf – hfo = h
(f – fo) …. (7.5)
dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang
2.3 Pengkajian
Mendalam Tentang Efek Foto Listrik
Ketika seberkas
cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur
sebagai berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah
ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini
dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir
karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah
satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara
bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil pengamatan
terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang merupakan
karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
- hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
- ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
- ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik
dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya
dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang
kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.
Perangkat teori
yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep
energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti
sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang
terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek
fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang hanya
memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.
Konsep penting
yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi
yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke
pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya =
Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0
+ Ekm
hf = hf0
+ Ekm
Ekm =
hf – hf0
Persamaan ini
disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0
adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah
frekuensi ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm
adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke
pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik dapat
ditulis sebagai
Dimana m adalah
massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi
dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja
logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu
diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.
Gerakan elektron
yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada
rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik
(kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan
kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai
tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau
tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti
terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau
potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah potensial
penghenti, maka
Ekm =
eV0
Persamaan ini
pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah muatan
elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam
satuan volt (V).
2.4 Soal-Soal dan
Pembahasan
1. Frekuensi
ambang suatu logam sebesar 8,0 × 1014 Hz dan logam tersebut disinari dengan
cahaya yang memiliki frekuensi 1015 Hz. Jika tetapan Planck 6,6× 10-34 Js,
tentukan energi kinetik elekton yang terlepas dari permukaan logam tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui: f0
= 8,0 × 1014 Hz
f = 1015 Hz
h = 6,6 × 10-34 Js
Ditanya: Ek =
…?
Jawab: Ek =
h.f – h.f0
= 6,6 ×
10-34(1015 – (8,0 × 1014))
= 1,32 × 10-19 J
2. Sebuah logam
mempunyai frekuensi ambang 4 x 1014 Hz. Jika logam tersebut dijatuhi foton
ternyata elektron foto yang dari permukaan logam memiliki energi kinetik
maksimum sebesar 19,86 × 10-20 Joule. Hitunglah frekuensi foton tersebut!
(h = 6,62
× 10-34 Js)
Penyelesaian :
Diketahui : f o = 4 × 1014 Hz
Ek = 19,86 × 10-20 J
h = 6,62 × 10-34 Js
Ditanyakan : f = …?
Jawab : Wo = hfo
= 6,62 × 10-34 ×
4 × 1014 J
= 26,48 × 10-20 J
E = Ek + Wo= hf
f = Ek+ Wo /h
=(19,86 ×10-20+26,48×10-20)/
6,62×10-34
= 7 × 1014 Hz
Jadi frekuensi
foton sebesar 7 × 1014 Hz
Soal Latihan :
1. Frekuensi
ambang suatu logam adalah 6.1014 Hz, jika logam tersebut disinari cahaya dengan
gelombang yang frekuensinya 1015 Hz. Hitunglah energi kinetik elektron foto
yang terlepas dari permukaan logam tersebut! (h = 6,62 × 10-34 Js).
2. Sebuah
elektron baru akan terlepas dari permukaan logam jika disinari cahaya dengan
panjang gelombang 5000 Å. Tentukan : (h = 6,62 × 10-34 Js dan c = 3 × 108
m/s)
a. fungsi kerja
logam tersebut. (Wo = 3,972 × 10-19 J)
b. energi kinetik
elektron foto yang terlepas jika disinari cahaya dengan frekuensi 8 x 1014 Hz!
(Ek = 1,324 × 10-19 J).
3. Bila diketahui
fungsi kerja sebuah logam 2,1 eV. Jika foton dengan panjang gelombang 5 × 10-7
m dijatuhkan ke permukaan logam tersebut, tentukan berapa kecepatan maksimum
elektron yang terlepas! (massa elektron (m) = 9,1 × 10-31 kg, muatan elektron
(e) = 1,6 × 10-19 C, dan h = 6,62 × 10-34 Js).
2.5 Aplikasi Efek
Foto Listrik Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sangat
mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek fotolistrik berada
dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing
film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada
saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik
dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga
menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling
populer di kalangan akademis adalah tabung foto-pengganda (photomultiplier
tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum radiasi
elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat
tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan
menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil
menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun
2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk
tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron
spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik
internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat. Ambil contoh
foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya
berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40
Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11
detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode.
foto-transistor
yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi energi
listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari
dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di
satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan
beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini
kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan kamera CCD
(charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital
dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode)
yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik
internal dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data elektronik
yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Jadi, tanpa kita
sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau pun eksternal
dalam kehidupan sehari-hari.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Gejala foto
listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang bermuatan
negatif dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari
dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi tertentu.
Ditemukan seratus tahun lalu oleh Albert Einstein muda. Pada tahun
itulah ia membuat karya besarnya. Salah satunya adalah tentang efek
fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah
Nobel Fisika pada 1921.
Konsep penting
yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi
yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke
pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya =
Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0
+ Ekm
hf = hf0
+ Ekm
Ekm =
hf – hf0
Persamaan ini
disebut persamaan efek fotolistrik Einstein.
Terdapat berbagai
macam aplikasi Efek Foto Listrik dalam kehidupan kita, diantaranya :
proses dubbing film, foto-transistor, sel surya, kamera CCD (charge coupled
device) dan aplikasi paling populer di kalangan akademis yakni tabung
foto-pengganda (photomultiplier tube).
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto. 2008. Kompetensi
Fisika Untuk SMA. Jakarta: Departemen Pendidkan
Nasional.
Handayani, Sri. Fisika
Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Departemen
Pendidkan
Nasional
http://pendidikansains.blogspot.com
http://amateur-physics.blogspot.com
http://taufihasbifisika.blogspot.com
http://webpustaka.com
http://webpustaka.com
0 comments:
Posting Komentar