Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
A. Definisi Manusia
1. Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo SAPIENS adalah mahluk
yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana. Dengan daya
pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa
sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang
merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu
wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan
atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
2. Manusia sebagai HOMO FABER:
Homo Faber : artinya manusia
dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau disebut sebagai manusia kerja
dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa barang buatan manusia
(artifact). Manusia menciptakan alat-alat karena menyadari kemampuan inderanya terbatas,
sehingga diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai
tujuan. Misalnya, karena indera matanya tidak mampu melihat angkasa luar atau
mahluk kecil-kecil maka diciptakan teropong bintang dan mikroskop, karena
terbatasnya kekuatan fisik maka diciptakannya roda sebagai sarana utama
keretauntuk mengangkut barang-barang berat.
3. Manusia sebagai HOMO LANGUENS:
Homo Languens: adalah
manusia dapat berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat
disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa sebagai ekspresi dalam
tingkat biasa adalah bahasa lisan. Antara suku bangsa dengan suku bangsa lain
terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat bangsa, perbedaan bahasa tersebut akan
semakin jauh. Perbedaan lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga sebuah
pemikiran dapat diterima oleh bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu
mengartikannya).
1. Manusia sebagiai
HOMO SOCIUS:
Manusia sebagai HOMO SOCIUS
artinya manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang
yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia
bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Dalam
masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolong. Dengan tindakan itu,
walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang
tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai.
2. Manusia sebahai HOMO ECCONOMICUS
Artinya
manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo
economicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua
kegiatan harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar
daripada output, rugi sebaliknya. Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi
kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar
sehingga hasil produksinya dijual di pasaran. Makin luas pemasaran barang makin
banyak diperoleh keuntungan. Salah satu usaha meningkatkan produktivitas kerja
dapat dijalankan dengan mempergunakan teknologi modern sehingga dapat
ditingkatkan produktivitas kerja manusia.
3. Manusia sebagai HOMO RELIGIUS
Artinya
manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat
daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau
beragama. Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang
sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai
agama alami. Kemusian lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi
yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab
suciNya yang dipergunakan sebagai pedoman.
4. Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS:
Artinya
manusia berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang tahu akan
keindahan. Dari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata bahwa
manusia memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada hewan
apalagi tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau
tumbuhan.
B. Jenis-Jenis Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, Jenis-jenis Masyarakat
Antara Lain:
1. Masyarakat abstrak (abstract
society)
2. Masyarakat atomistik
(atomistic society)
3. Masyarakat kasta
(caste society)
4. Masyarakat konkret
(concrete society)
5. Masyarakat
ekstraktif (extractive society)
6. Mayarakat feodal
(feudal society)
7. Masyarakat hidrolis
(hydraulic society)
8. Masyarakat
industrial (industrial society)
9. Masyarakat manorial
(manorial society)
10.
Masyarakat massa (mass society)
11.
Masyarakat berpindah (nomadic society)
·
Definisi Kebudayaan
(Culture) , (Soerjono Soekanto, 1983 ):Keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya, dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
C. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna
Kebudayaan
Budaya tercipta atau
terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang
ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal
pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya
menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal,
intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan
semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan
kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia
dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai
kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai suatu hubungan
pedoman antarmanusia atau kelompoknya.Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan
dan kemampuan-kemampuan antara lain;
a) Sebagai pembimbing
kehidupan dan penghidupan manusia
b) Pembeda manusia dan
binatang
c) Petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
d) Pengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
e) Sebagai modal dasar
pembangunan.
1. Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan
oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu
berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya
yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatulingkungan tertentu akan
berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah
kebudayaan dan lingkungan:
a) Phisical Environment
yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora, fauna,
iklim dan sebagainya.
b) Cultural Social
Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisanya
seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
c) Environmental
Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif
yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
d) Environmental
Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan
dalam hubungan sosial.
e) Out Carries Produc,
Meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas dan
sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi
terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
2.
Proses Dan Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil
cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan
perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut
dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan
oleh dan untuk manusia. Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak
akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak
antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi
suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi
atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu
kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik.
Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu,
kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalamhal ini adalah
sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong
terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau
tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu
kelompok dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam
kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman
yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala
disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam
proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali
terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut
kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak
belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di
masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang
ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan
mana yang tidak sesuai.
3.
Problematika Kebudayaan
Seiring dengan
perkembangannya, kebudayaan juga mengalami beberapa problematika atau masalah
masalah yang cukup jelas yaitu :
·
Hambatan budaya yang ada kaitannya dengan pandangan
hidup dan sistem kepercayaan.
·
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan sudut
pandang atau persepsi. hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi
atau kejiwaan.
·
Masyarakat terpencil atau terasing dan kurang
komunikasi dengan masyarakat lainnya.
·
Sikap Tradisionalisme yang berprasangaka buruk
terhadap hal-hal yang baru
·
Mengagung-agungkan kebudayaan suku bangsanya sendiri
dan melecehkan budaya suku bangsa lainnya atau lebih dikenal dengan paham
Etnosentrisme.
·
Perkembangan Iptek sebagai hasil dari kebudayaan.
4.
Perubahan Kebudayaan
Sebagaimana yang
telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai
dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan
yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan.
Adalima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
Perubahan lingkungan alam adalah sebagai berikut:
a) Perubahan yang
disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
b) Perubahan karena
adanya penemuan (discovery)
c) Perubahan yang
terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen
kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
d) Perubahan yang
terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsisuatu
pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan hidup
dan konsepsinya tentang realitas.
Namun, perubahan kebudayaan
sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang
memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan sebaliknya yaitu yang
akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.
Dari Uraian diatas dapat
kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan akan
terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu yang harus
diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan perkembangan
kebudayaan. Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama manusia hidup
dimuka bumi ini karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang terpenting dari
itu semua adalah bagaimana kita menyikapi dan memilah milah kebudayaan asing
yang masuk dan mengintervensi kebudayaan asli yang kita kita miliki.
Referensi:
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosialogi; Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Ritzer, George dan Goodmen. 2004. Teori
Sosiologi Modern, Edisi ke enam. Jakarta:Kencana.
Soekanto, Soeryono. 2002. Sosiologi.
Jakarta: Rajawali press.
0 comments:
Posting Komentar