Group Investigation
Tugas 2, Group Investigation by Tri Mawarningsih
Nhingz BLOG ~ Model
Pembelajaran Group Investigation, Ide model pembelajaran geroup investigation
bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar,
seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey,
menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu,
Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan
nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah:
1.
siswa hendaknya aktif, learning by doing;
2.
Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik;
3.
Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap;
4.
Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa;
5.
Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan
saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting;
6.
Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. ..
Gagasan-gagasan
Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian
dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya
merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial
antar pribadi (Arends, 1998).
Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran
(Slavin, 1995), yaitu:
1.
Grouping
(menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik,
merumuskan permasalahan),
2. Planning (menetapkan apa yang akan
dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya),
3. Investigation (saling tukar informasi
dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data,
membuat inferensi),
4. Organizing (anggota kelompok menulis
laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan
notulis),
5. Presenting (salah satu kelompok
menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan), dan-
6.
Evaluating
(masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan
hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru,
demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah,
interaksi dilandasi oleh kesepakatan.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan
sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut
ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan
perseorangan.
Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah
berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan
ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan
pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan
perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan
bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Sarana pendukung model
pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar
untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi
yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu. Sebagai
dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan,
penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang
mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan
komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial,
interpersonal, dan intrapersonal.
Setiap metode atau model pembelajaran
pasti mempunyai ciri khas sendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Dan berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Kelebihan :
Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran
individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan
sebagai berikut :
1. Peningkatan belajar
terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas
belajar.
2. Pembelajaran
kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang
dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam
kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang
lebih sederhana.
3. Pada saat berdiskusi
fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani
mengemukakan pendapat.
4. Pembelajaran
kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih
termotivasi.
5. Penerapan
pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar
belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas
mereka (Nur, 1998:9)
6. Siswa dapat belajar
dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks,
serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan
masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap
teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif
ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak
memiliki rasa dendam (Davidson dalam Noornia, 1997:24)
7. Dapat menimbulkan
motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan :
1. Pembelajaran dengan
model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini
disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2. Kontribusi dari siswa
berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan
mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang
pandai lebih dominan.
3. Adanya pertentangan
antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang
memiliki nilai rendah.
4. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.
4. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.
5. Guru membutuhkan
persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar
kooperatif tipe GI dengan baik.
Referensi
* Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw-Hill.
0 comments:
Posting Komentar