Sejarah astronomi
PENDAHULUAN
Belajar astronomi? wah bisa ngeramal nasib
dong! Itulah reaksi yang umum ditemui ketika berbicara tentang astronomi. Saat
mendengar kata astronomi, orang akan langsung mengasosiasikannya dengan
astrologi, karena astronomi masih kurang dikenal dan dipahami masyarakat. Bagi
masyarakat, astronomi itu ilmu yang mengawang-awang. Padahal tanpa disadari
perjalanan kehidupan manusia tak pernah lepas dari ilmu klasik yang satu ini.
Kalender, penentuan hari keagamaan dengan
melihat bulan baru (hilal), penentuan tahun baru berdasarkan matahari dan bulan,
perubahan iklim, merupakan sebagian kecil dari pemanfaatan astronomi dalam
kehidupan. Tidak hanya itu, astronomi dalam berabad–abad perkembangannya juga
mempengaruhi peradaban bangsa-bangsa. Di Mesir, konon penempatan piramid disusun
mengikuti pola rasi bintang Orion. Sementara bagi bangsa afro-amerika, rasi
Ursa Mayor atau Biduk Besar memberi jasa yang tidak sedikit dengan menjadi
petunjuk arah utara saat mereka melarikan diri dari perbudakan di daerah
selatan sebelum pecah perang saudara.
Dalam pelayaran dan pertanian, rasi bintang
memegang peranan penting untuk menjadi petunjuk arah dan penanda waktu bercocok
tanam. Bagi pelaut, bintang Polaris dan rasi bintang crux merupakan petunjuk
navigasi arah utara dan selatan. Di Indonesia, keingintahuan akan fenomena
astronomi terbilang cukup tinggi terlihat saat peristiwa konjungsi terdekat
planet Mars, Planetarium Jakarta dan Observatorium Bosscha diserbu ribuan
pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa langka itu. Keingintahuan juga
muncul terkait topik, apakah Bumi mengelilingi matahari, mengapa Pluto bukan
lagi planet, atau apa itu planet layak huni? Benarkah planet layak huni artinya
kita bisa hidup disana, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan sosialisasi astronomi di
masyarakat dan dalam pendidikan? Astronomi sudah menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan untuk jenjang SD sampai dengan SMU. Namun sayangnya kemampuan pendidik untuk mentransfer ilmu astronomi
kepada siswa masih minim. Untuk menjembatani penyampaian informasi seputar
astronomi, marilah kita berkenalan dengan astronomi.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Astronomi
Astronomi pada awalnya hanya
mengandalkan pengamatan dan ramalan gerakan benda langit yang bisa dilihat
dengan mata telanjang. Tadinya ilmu astronomi dipelajari untuk tujuan praktis.
Dengan mengamati peredaran benda-benda langit, para pengamat purba menyadari
bahwa gerakan-gerakan yang berulang itu dapat digunakan untuk menjadikan langit
sebagai penunjuk waktu (guna memberitahukan jalannya waktu siang dan malam) dan
kalendar (untuk menandai pergantian musim). Dengan dasar inilah, imu astronomi
berkembang pada kebudayaan Mesir Kuno dan Banylonia. Bangunan Stonehenge
peninggalan orang Inggris Purba (sekitar tahun 2800 SM) juga diperkirakan
dibangun sebagai semacam observatorium. Dengan menganmati peredaran Bulan dan
Matahari melewati tumpukan batu pada bangunan tersebut pada setiap musim,
observasi benda-benda langit dapat dilakukan secara akurat.
Ahli astronomi pertama yang
banyak disebut adalah Thales dari Yunani. Ia meramalkan terjadinya gerhana
matahari pada 585 SM dengan mengembangkan karya ahli astronomi Mesir dan
Babylonia yang dapat meramalkan gerhana bulan. Thales adalah pemikir cemerlang
Yunani pertama yang meletakkan dasar ilmu astronomi selama empat abad
berikutnya. Berikutnya, Anaksimander, salah seorang muridnya, menyadari bahwa
permukaan Bumi berbentuk lengkung. Pythagoras mengajarkan bahwa Bumi berbentuk
sebuah bola dimana Matahari, Bulan, dan bintang bergerak dalam jalur yang
berlainan. Aristharkus dikenal dengan pendapatnya bahwa Bumi dan planet lainnya
bergerak mengedari Matahari, sementara Eratosthenes menghitung besarnya Bumi.
Namun ahli astronomi Yunani
lainnya bersikap menentang kemajuan. Aristoteles mengikuti gurunya, Plato,
berpendapat bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, sementara Hipparkhus
menyadari bahwa gerakan planet dilatar belakangi bintang bukanlah dalam bentuk
lingkaran sempurna di sekeliling Bumi. Tetapi ia bukannya menerima pendapat
Aristharkus, melainkan mengembangkan gagasan Aristoteles dan Plato dengan
menyatakan bahwa planet bergerak dalam episiklus, lingkaran dalam lingkaran,
mengelilingi Bumi.
Banyak pengetahuan kita tentang
ilmu astronomi kuno berasal dari filsuf Yunani yang bermukim di kota
Aleksandria, Claudius Ptolomaeus. Ia adalah seorang ilmuwan yang luar biasa,
tetapi yang terpenting adalah ia mengumpulkan dan memperjelas pekerjaan para
astronom besar sebelumnya. Ptolomaeus meninggalkan dua set buku: Almagest yang
merupakan buku teks astronomi yang memberikan katalog penting dari semua
bintang yang diketahui orang pada masa itu, mulai dari jaman Hipparkhus, dan
Tetrabiblos, yang membahas tentang astrologi. Selama 1600 tahun tidak ada
sanggahan terhadap kedua buku ini. Untunglah kedua buku tersebut diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab, karena dengan runtuhnya kekaisaran Romawi sekitar abad
ke-4, banyak pengetahuan yang telah terkumpul itu hilang karena perpustakaan
dihancurkan dan koleksi buku-bukunya dibakar
. Bangsa Yunani kuno memberikan
sumbangan penting pada astronomi, diantaranya adalah definisi dari sistem
magnitude. Namun, setelah itu penelitian astronomi secara keseluruhan hamper
berhenti selama abad pertengahan, kecuali astronom Arab.
Astronom Al-Farghani (Abu’l-Abbas
Ahmad Ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara rinci gerakan benda
langit pada abad IX. Kerja beliau ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada
abad 12. Pada akhir abad ke 10, observatorium yang sangat besar dibangun di
dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati rentetan garis
bujur matahari, untuk menghitung kemiringan gerhana. Di parsi, Omar Khayyam
(Ghiyath al-Din Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun
banyak meja astronomis dan melakukan reformasi kelender untuk memperbaiki
kelender Julian dan mirip dengan kelender Gregorian.
Selanjutnya selama Renaisans,
Copernicus mengusulkan model heliosentris. Ide tersebut terus bertahan lalu dikembangkan
dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Kepler adalah orang
pertama yang memikirkan sistem planet dengan menggambarkan secara rinci gerakan
planet dengan matahari di pusat, tetapi Kepler belum mengerti penyebab di
belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada Newton yang
akhirnya dengan penemuan dinamika benda langit, hukum gravitasinya dapat
menjelaskan gerakan planet.
Pengamatan lanjutan yang berfokus
pada bintang menunjukkan bahwa bintang adalah benda yang sangat jauh. Para
astronom kala itu memerlukan peralatan untuk memahami lebih dekat. Dengan
dimunculkannya spektroskop, terbukti bahwa bintang mirip dengan matahari,
tetapi mereka memiliki temperatur, massa, dan ukuran yang berbeda-beda.
Keberadaan galaksi Bimasakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah serta
keberadaan galaksi “eksternal”, selanjutnya dapat dibuktikan pada abad ke-2 dan
segera sesudahnya, dibuktikan adanya perluasan jagat raya yang dilihat dari
menjauhnya kebanyakan galaksi dari kita.
Kosmologi membuat kemajuan sangat
besar selama abad ke-20. Dengan model ledakan akbar (Big Bang) yang didukung
oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti latar belakang radiasi
kosmik gelombang mikro, hukum Hubble, dan elemen kosmologikal, astronomi telah
mengalami perkembangan yang sangat luas.
B. Astronomi
Sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang tertua di dunia, perjalanan ilmu Astronomi telah bergulir
hampir sepanjang sejarah peradaban umat Manusia itu sendiri. Kata "astronomi"
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni "astro" yang
berarti "bintang" dan "nemein" yang berarti
"menamakan". Astronomi disebut juga “Ilmu Bintang” yaitu ilmu
yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi
dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal usul, evolusi, sifat fisik, dan
kimiawi serta proses-proses yang terjadi pada benda-benda yan bisa dilihat di
langit (dan di luar bumi).
Sejak abad ke-20, astronomi
dipilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Astronomi berbeda
dengan astrologi atau ilmu semu yang meyakini bahwa takdir manusia dapat
dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun
asal-muasalnya sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan
metode ilmiah sedangkan astrolog tidak. Astronomi diyakini merupakan salah satu
ilmu pengetahuan yang masih memungkinkan peran aktif masyarakat awam, khususnya
dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena semesta.
Walaupun cikal bakal astronomi
telah lahir ribuan tahun sebelum orang-orang Yunani kuno mulai mempelajari
bintang, ilmu astronomi selalu berdasarkan prinsip yang sama yaitu
"menamakan bintang". Bayak nama bintang yang berasal langsung dari
orang-orang Yunani karena merekalah ahli astronomi pertama yang membuat daftar
sistematis dari semua bintang yang dapat mereka lihat. Pada sejumlah peradaban
awal, letak bintang-bintang yang terlihat saling berhubungan ditetapkan dengan
menyatukan bintang-bintang tersebut dalam gugus-gugus yang tampak membentuk
pola-pola tertentu di langit malam.
Tadinya ilmu astronomi dipelajari
untuk tujuan praktis. Dengan mengamati peredaran benda-benda langit, para
pengamat purba menyadari bahwa gerakan-gerakan yang berulang itu dapat
digunakan untuk menjadikan langit sebagai penunjuk waktu (guna memberitahukan
jalannya waktu siang dan malam) dan kalendar (untuk menandai pergantian musim).
Dengan dasar inilah, imu astronomi berkembang pada kebudayaan Mesir Kuno dan
Banylonia. Bangunan Stonehenge peninggalan orang Inggris Purba (sekitar tahun
2800 SM) juga diperkirakan dibangun sebagai semacam observatorium. Dengan
menganmati peredaran Bulan dan Matahari melewati tumpukan batu pada bangunan
tersebut pada setiap musim, observasi benda-benda langit dapat dilakukan secara
akurat.
C. Orang Penting Dalam Ilmu Astronomi
Ada beberapa ilmuwan yang
berpengaruh dalam bidang astronomi diantaranya :
- Anaximander
(610-546 SM) - Seorang
ilmuwan Yunani yang sering disebut sebagai "Bapak Ilmu
Astronomi". Ia menganggap bentuk Bumi sebagai silinder dan angkasa
berputar tiap hari mengelilinginya.
- Aristarchus
(abad ke-3 SM) -
Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari adalah pusat alam
semesta. Ia orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi
dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi
(sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia
juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7 kali diameter Bumi.
Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya yang kita ketahui
saat ini.
- Aristoteles
(384-322 SM) - Seorang
ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet
mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia
mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar
dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak
dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.
- Copernicus,
Nicolaus (1473-1543) -
Seorang ahli astronomi Polandia yang mencetuskan pandangan bahwa Bumi
bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum pada masanya,
melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya. Pola berani ini
disajikan dalam bukunya Mengenai Perkisaran Bola-Bola Angkasa yang terbit
ditahun wafatnya. Polanya itu lebih memudahkan penjelasan tentang gerakan
planet sesuai pengamatan. teorinya didukung oleh pengamatan Galileo dan
dibenarkan oleh perhitungan Johannes Kepler
- Eratosthenes
(276-196 SM) - Seorang
ahli astronomi Yunani yang pertama-tama mengukur besarnya Bumi secara
teliti. Ia mencatat perbedaan ketinggian Matahari di langit sebagaimana
terlihat pada tanggal yang sama dari dua tempat pada garis utara-selatan
yang jaraknya diketahui. Dari pengamatannya, ia menghitung bahwa Bumi
mestinya bergaris tengah 13.000 km. Hampir tepat dengan angka yang
sebenarnya (12.756,28 km pada katulistiwa).
- Galileo
Galilei (1564-1642) -
Seorang ilmuwan Italia yang menciptakan revolusi dalam astronomi dengan
pengamatan perintisnya di angkasa. Dalam tahun 1609, Galileo mendengar
mengenai penciptaan teleskop dan membuat satu bagi dirinya. Dengan itu ia
menemukan kawah-kawah bulan, melihat bahwa Venus menunjukkan fase-fase
sambil ia mengitari Matahari dan menemukan bahwa Jupiter memiliki empat
buah Bulan.
- Gamow,
George (1904-1968) -
Seorang ahli astronomi Amerika pendukung teori ledakan besar (Big Bang).
Menurut hitungannya, kira-kira 10% bahan dalam alam semesta seharusnya
adalah Helium yang terbentuk dari Hidrogen selama terjadinya ledakan
besar; pengamatan telah membenarkan ramalan ini. Ia juga meramalkan adanya
suatu kehangatan kecil dalam alam semesta sebagai peninggalan ledakan
besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada 1965.
- Halley,
Edmond (1656-1742) -
Seorang ahli astronomi Inggris yang di tahun 1705 memperhitungkan bahwa
komet yang terlihat dalam tahun-tahun 1531, 1607 dan 1682 sesungguhnya
adalah benda yang sama yang bergerak dalam satu garis edar tiap 75 atau 76
tahun mengedari matahari. Komet tersebut kini dikenal sebagai Komet
Halley. Dalam tahubn 1720, Halley menjadi ahli astronomi kerajaan yang
kedua, Di Greenwich ia membuat studi yang memakan waktu lama mengenai
gerakan bulan.
- Hubble,
Edwin (1889-1953) -
Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1924 menunjukkan bahwa
terdapat galaksi lain di luar galaksi kita. Selanjutnya ia mengelompokkan
galaksi menurut bentuknya yang spiral atau eliptik. Di tahun 1929 ia
mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa galaksi bergerak
saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan ini kemudian
disebut hukum Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan hukum
Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur dari pergeseran merah cahayanya.
Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap jarak
satu juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop
raksasa di antariksa yang dioperasikan oleh NASA.
- Kant, Immanuel
(1724-1804) - Seorang
filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern
tentang tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah
cakram materi di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian
dikembangkan oleh Marquis de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula
suram yang terlihat di antariksa adalah galaksi tersendiri seperti galaksi
Bima Sakti kita. Pendapat tersebut kini telah terbukti kebenarannya.
- Kepler,
Johannes (1571-1630) -
Seorang ahli matematika dan ahli Astronomi Jerman yang menemukan ketiga
hukum dasar pergerakan planet. Pertama, dan yang terpenting, ia di tahun
1609 menunjukkan bahwa planet bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit
eliptik, bukannya dalam kombinasi lingkaran-lingkaran sebagaimana
diperkirakan sebelumnya. Ia menunjukkan pula bahwa kecepatan planet
berubah sepanjang orbitnya, lebih cepat bila lebih dekat dengan Matahari
dan lebih lambat bila jauh. Di tahun 1619 ia menunjukkan bahwa jangka
waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit
berkaitan dengan rata-rata jaraknya dari matahari. Untuk perhitungannya,
Kepler menggunakan pengamatan Tycho Brahe.
D. Cabang-Cabang Astronomi
Astronomi dibagi kedalam beberapa
cabang yang merujuk pada perbedaan antara astronomi “teoritis dan
pengamatan”. Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua, pertama
dikategorikan berdasarkan subjek atau masalah yang dikaji dan yang kedua
dikategorikan berdasarkan cara mendapat informasi. Kategori pertama meliputi
astronomi galaksi atau pembentukan bintang atau kosmologi. Sedangkan kategori
kedua meliputi penggalian informasi dengan menggunakan spektrum
elektromagnetik.
Dalam
astronomi, informasi sebagian besar didapat dari deteksi dan analisis radiasi elektromagnetik,
foton, tetapi informasi juga dibawa oleh sinar kosmik, neutrino, dan, dalam
waktu dekat, gelombang gravitasional (lihat LIGO dan LISA). Pembagian astronomi
secara tradisional dibuat berdasarkan rentang daerah spectrum elektromagnetik
yang diamati:
a.
Astronomi
optikal menunjuk kepada teknik yang dipakai untuk mengetahui dan menganalisa
cahaya pada daerah sekitar panjang gelombang yang bias dideteksi oleh mata
(sekitar 400 - 800 nm). Alat yang paling biasa dipakai adalah teleskop, dengan
CCD dan spektrograf.
b.
Astronomi
inframerah mengenai deteksi radiasi infra merah (panjang gelombangnya lebih
panjang daripada cahaya merah). Alat yang digunakan hampir sama dengan
astronomi optik dilengkapi peralatan untuk mendeteksi foton infra merah.
Teleskop Ruang Angkasa digunakan untuk mengatasi gangguan pengamatan yang
berasal dari atmosfer
c.
Astronomi radio
memakai alat yang betul-betul berbeda untuk mendeteksi radiasi dengan panjang
gelombang mm sampai cm. Penerimanya mirip dengan yang dipakai dalam pengiriman
siaran radio (yang memakai radiasi dari panjang gelombang itu)
d.
Astronomi
energi tinggi
e.
Astronomi
Ekstragalaktik: lensa gravitasi. Gambar dari Teleskop Ruang AngkasaHubble
menunjukkan beberapa obyek yang terbentuk dengan putaran yang biru yang
sebetulnya adalah beberapa tampilan dari galaksi yang sama. Mereka sudah
digandakan oleh efek lensa gravitasi kelompok galaksi yang berwarna kuning,
bulat panjang dan spiral di dekat pusat foto. Pelensaan gravitasi dihasilkan
oleh bidang gravitasi kelompok yang luar biasa masif sehingga mampu
melengkungkan cahaya. Beberapa akibatnya adalah memperbesar ukuran obyek yang
dilensakan, menjadikan terang dan mengubah tampilan benda yang lebih jauh.
f.
Astronomi sinar-X
dan astronomi sinar-gamma
g.
Astronomi ultra
violet dan, kecuali sedikit "jendela" dari panjang gelombang.
h.
Astronomi infra merah jauh yang pengamatan
bisa dilakukan hanya dari balon atau observatorium luar angkasa.
Berdasarkan subyek atau masalah
astronomi terdiri atas astrometri, kosmologi, fisika galaksi, astronomi
ekstragalaksi, pembentukan galaksi dan evolusi, ilmu planet, fisika bintang, evolusi
bintang, dan pembentukan bintang.
E. Astronomi di Indonesia
Bangsa
Indonesia telah mengenal perilaku benda-benda langit sejak zaman kuno. Pada
awalnya mereka mengamati benda-benda langit hanya dilakukan untuk keperluan
astrologi karena pengetahuannya masih sangat terbatas. Penyebutan beberapa
obyek-obyek astronomi oleh masyarakat kuno menunjukkan fakta bahwa mereka
sangat memanfaatkan benda-benda langit dalam keseharian mereka sejak lama.
Sebagai contoh, lintang waluku adalah sebutan masyarakat jawa tradisional untuk
menyebutkan tiga bintang dalam sabuk orion dan digunakan sebagai pertanda
dimulainya musim tanam dan masih banyak lagi.
Astronomi
modern di Indonesia makin berkembang setelah tahun 1928, atas kebaikan Karel
Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan the di daerah Malabar. Dia
memasang beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat, yang menjadi cikal
bakal berdirinya Observatorium Bosscha yang kita kenal hingga kini. Penelitian
astronomi yang dilakukan pada masa colonial diarahkan pada pengamatan bintang
ganda visual dan survey langit di belahan selatan ekuator bumi, karena pada
masa tersebut belum banyak observatorium yang melakukan pengamatan daerah
selatan ekuator.
Setelah
Indonesia merdeka, penelitian astronomi tidak berhenti, bahkan terus dilakukan
dan mulai diikuti jejaknya oleh astronom pribumi. Bukti nyata perkembangan
penelitian astronomi adalah berdirinya pendidikan astronomi di Institut
Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1959. Saat ini secara formal, pendidikan
astronomi dihimpun di Departemen Astronomi, ITB dan secara langsung terkait
dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha. Pendidikan tersebut
juga didukung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Selain
pendidikan formal, terdapat wadah informal seperti Himpunan Astronomi Amatir
Jakarta.
Indonesia
memiliki pakar astronomi terbaik yaitu Profesor Dr.Bambang Hidayat yang pernah
menjabat sebagai Vice President IAU (International Astronomical Union).
F. Manfaat Ilmu Astronomi
Ilmu astronomi memiliki manfaat yang demikian
banyaknya, diantaranya:
a. Manusia jadi mengetahui pergerakan,
penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.
b. Manusia dapat menentukan awal bulan Puasa dan
hari Lebaran.
c. Manusia dapat menentukan waktu dengan
berpatokan pada matahari atau bulan.
d. Membantu manusia untuk menentukan arah mata
angin.
e. Manusia mengetahui terjadinya siang dan
malam.
f. Petunjuk fenomena alam (kejadian-kejadian
alam) di bumi.
PENUTUP
Di masa depan, tergantung dari kebutuhan,
disiplin astronomi dan antariksa dapat dikembangkan dan ditambah. Pengembaraan
dan penyelidikan angkasa luar serta penelitian matahari memerlukan ahli dalam
lapangan ini dalam jumlah yang tidak sedikit. Beberapa lembaga pendidikan
tinggi dan menengah juga membutuhkan tenaga astronom untuk menunjang kegiatan
Pendidikan Buni dan Antariksa. Telah dirasakan perlu adanya orang yang bergerak
aktif di dalam lapangn dan mau bergerak dalam pendidikan. Selain itu,
penelitian mengenai planet-planet makin memerlukan spesialisasi, tetapi pada
dasarnya memerlukan dasar astronomis yang kuat dan antariksa merupakan tempat
strategis untuk mempelajari bumi kita.
Bagi mereka yang memilih riset sebagai jalan
hidupnya, akan merasakan bahwa sikap setia kawan antardisiplin sangat
diperlukan. Ini untuk pengembangan watak dan ilmu. Ditilik dari segi praktik
maupun ideal, pendidikan astronomi dan antariksa diperlukan bagi negeri kita
sebagai sarana pengembangan profesi maupun sebagai pendukung pengembangan
keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianawisni,
Ariasti, dkk. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: ITB.
Zulaikha,
Siti. 2007. Ensiklopedi Fisika 5 Astrofisika. Jakarta: Republika.
1 comments:
Daftar POKER DOMINO QQ Online Terbaik dan Terpercaya Indonesia 2017
pialaqq
sahamdomino
jupiterqq
mutiarapoker
18dewa
bcadomino
waletqq
Posting Komentar