Sejarah astronomi

Oktober 12, 2012 1 Comments

PENDAHULUAN

Belajar astronomi? wah bisa ngeramal nasib dong! Itulah reaksi yang umum ditemui ketika berbicara tentang astronomi. Saat mendengar kata astronomi, orang akan langsung mengasosiasikannya dengan astrologi, karena astronomi masih kurang dikenal dan dipahami masyarakat. Bagi masyarakat, astronomi itu ilmu yang mengawang-awang. Padahal tanpa disadari perjalanan kehidupan manusia tak pernah lepas dari ilmu klasik yang satu ini.
Kalender, penentuan hari keagamaan dengan melihat bulan baru (hilal), penentuan tahun baru berdasarkan matahari dan bulan, perubahan iklim, merupakan sebagian kecil dari pemanfaatan astronomi dalam kehidupan. Tidak hanya itu, astronomi dalam berabad–abad perkembangannya juga mempengaruhi peradaban bangsa-bangsa. Di Mesir, konon penempatan piramid disusun mengikuti pola rasi bintang Orion. Sementara bagi bangsa afro-amerika, rasi Ursa Mayor atau Biduk Besar memberi jasa yang tidak sedikit dengan menjadi petunjuk arah utara saat mereka melarikan diri dari perbudakan di daerah selatan sebelum pecah perang saudara.
Dalam pelayaran dan pertanian, rasi bintang memegang peranan penting untuk menjadi petunjuk arah dan penanda waktu bercocok tanam. Bagi pelaut, bintang Polaris dan rasi bintang crux merupakan petunjuk navigasi arah utara dan selatan. Di Indonesia, keingintahuan akan fenomena astronomi terbilang cukup tinggi terlihat saat peristiwa konjungsi terdekat planet Mars, Planetarium Jakarta dan Observatorium Bosscha diserbu ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa langka itu. Keingintahuan juga muncul terkait topik, apakah Bumi mengelilingi matahari, mengapa Pluto bukan lagi planet, atau apa itu planet layak huni? Benarkah planet layak huni artinya kita bisa hidup disana, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan sosialisasi astronomi di masyarakat dan dalam pendidikan? Astronomi sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan untuk jenjang SD sampai dengan SMU. Namun sayangnya kemampuan  pendidik untuk mentransfer ilmu astronomi kepada siswa masih minim. Untuk menjembatani penyampaian informasi seputar astronomi, marilah kita berkenalan dengan astronomi.

PEMBAHASAN

A.  Sejarah Astronomi
Astronomi pada awalnya hanya mengandalkan pengamatan dan ramalan gerakan benda langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Tadinya ilmu astronomi dipelajari untuk tujuan praktis. Dengan mengamati peredaran benda-benda langit, para pengamat purba menyadari bahwa gerakan-gerakan yang berulang itu dapat digunakan untuk menjadikan langit sebagai penunjuk waktu (guna memberitahukan jalannya waktu siang dan malam) dan kalendar (untuk menandai pergantian musim). Dengan dasar inilah, imu astronomi berkembang pada kebudayaan Mesir Kuno dan Banylonia. Bangunan Stonehenge peninggalan orang Inggris Purba (sekitar tahun 2800 SM) juga diperkirakan dibangun sebagai semacam observatorium. Dengan menganmati peredaran Bulan dan Matahari melewati tumpukan batu pada bangunan tersebut pada setiap musim, observasi benda-benda langit dapat dilakukan secara akurat.
Ahli astronomi pertama yang banyak disebut adalah Thales dari Yunani. Ia meramalkan terjadinya gerhana matahari pada 585 SM dengan mengembangkan karya ahli astronomi Mesir dan Babylonia yang dapat meramalkan gerhana bulan. Thales adalah pemikir cemerlang Yunani pertama yang meletakkan dasar ilmu astronomi selama empat abad berikutnya. Berikutnya, Anaksimander, salah seorang muridnya, menyadari bahwa permukaan Bumi berbentuk lengkung. Pythagoras mengajarkan bahwa Bumi berbentuk sebuah bola dimana Matahari, Bulan, dan bintang bergerak dalam jalur yang berlainan. Aristharkus dikenal dengan pendapatnya bahwa Bumi dan planet lainnya bergerak mengedari Matahari, sementara Eratosthenes menghitung besarnya Bumi.

Namun ahli astronomi Yunani lainnya bersikap menentang kemajuan. Aristoteles mengikuti gurunya, Plato, berpendapat bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, sementara Hipparkhus menyadari bahwa gerakan planet dilatar belakangi bintang bukanlah dalam bentuk lingkaran sempurna di sekeliling Bumi. Tetapi ia bukannya menerima pendapat Aristharkus, melainkan mengembangkan gagasan Aristoteles dan Plato dengan menyatakan bahwa planet bergerak dalam episiklus, lingkaran dalam lingkaran, mengelilingi Bumi.
Banyak pengetahuan kita tentang ilmu astronomi kuno berasal dari filsuf Yunani yang bermukim di kota Aleksandria, Claudius Ptolomaeus. Ia adalah seorang ilmuwan yang luar biasa, tetapi yang terpenting adalah ia mengumpulkan dan memperjelas pekerjaan para astronom besar sebelumnya. Ptolomaeus meninggalkan dua set buku: Almagest yang merupakan buku teks astronomi yang memberikan katalog penting dari semua bintang yang diketahui orang pada masa itu, mulai dari jaman Hipparkhus, dan Tetrabiblos, yang membahas tentang astrologi. Selama 1600 tahun tidak ada sanggahan terhadap kedua buku ini. Untunglah kedua buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, karena dengan runtuhnya kekaisaran Romawi sekitar abad ke-4, banyak pengetahuan yang telah terkumpul itu hilang karena perpustakaan dihancurkan dan koleksi buku-bukunya dibakar
. Bangsa Yunani kuno memberikan sumbangan penting pada astronomi, diantaranya adalah definisi dari sistem magnitude. Namun, setelah itu penelitian astronomi secara keseluruhan hamper berhenti selama abad pertengahan, kecuali astronom  Arab.
Astronom Al-Farghani (Abu’l-Abbas Ahmad Ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara rinci gerakan benda langit pada abad IX. Kerja beliau ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad 12. Pada akhir abad ke 10, observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati rentetan garis bujur matahari, untuk menghitung kemiringan gerhana. Di parsi, Omar Khayyam (Ghiyath al-Din Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak meja astronomis dan melakukan reformasi kelender untuk memperbaiki kelender Julian dan mirip dengan kelender Gregorian.
Selanjutnya selama Renaisans, Copernicus mengusulkan model heliosentris. Ide tersebut terus bertahan lalu dikembangkan dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Kepler adalah orang pertama yang memikirkan sistem planet dengan menggambarkan secara rinci gerakan planet dengan matahari di pusat, tetapi Kepler belum mengerti penyebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika benda langit, hukum gravitasinya dapat menjelaskan gerakan planet.
Pengamatan lanjutan yang berfokus pada bintang menunjukkan bahwa bintang adalah benda yang sangat jauh. Para astronom kala itu memerlukan peralatan untuk memahami lebih dekat. Dengan dimunculkannya spektroskop, terbukti bahwa bintang mirip dengan matahari, tetapi mereka memiliki temperatur, massa, dan ukuran yang berbeda-beda. Keberadaan galaksi Bimasakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah serta keberadaan galaksi “eksternal”, selanjutnya dapat dibuktikan pada abad ke-2 dan segera sesudahnya, dibuktikan adanya perluasan jagat raya yang dilihat dari menjauhnya kebanyakan galaksi dari kita.
Kosmologi membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20. Dengan model ledakan akbar (Big Bang) yang didukung oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti latar belakang radiasi kosmik gelombang mikro, hukum Hubble, dan elemen kosmologikal, astronomi telah mengalami perkembangan yang sangat luas.
B.  Astronomi
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tertua di dunia, perjalanan ilmu Astronomi telah bergulir hampir sepanjang sejarah peradaban umat Manusia itu sendiri. Kata "astronomi" berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni "astro" yang berarti "bintang" dan "nemein" yang berarti "menamakan". Astronomi disebut juga “Ilmu Bintang” yaitu ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal usul, evolusi, sifat fisik, dan kimiawi serta proses-proses yang terjadi pada benda-benda yan bisa dilihat di langit (dan di luar bumi).
Sejak abad ke-20, astronomi dipilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Astronomi berbeda dengan astrologi atau ilmu semu yang meyakini bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun asal-muasalnya sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah sedangkan astrolog tidak. Astronomi diyakini merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang masih memungkinkan peran aktif masyarakat awam, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena semesta.
Walaupun cikal bakal astronomi telah lahir ribuan tahun sebelum orang-orang Yunani kuno mulai mempelajari bintang, ilmu astronomi selalu berdasarkan prinsip yang sama yaitu "menamakan bintang". Bayak nama bintang yang berasal langsung dari orang-orang Yunani karena merekalah ahli astronomi pertama yang membuat daftar sistematis dari semua bintang yang dapat mereka lihat. Pada sejumlah peradaban awal, letak bintang-bintang yang terlihat saling berhubungan ditetapkan dengan menyatukan bintang-bintang tersebut dalam gugus-gugus yang tampak membentuk pola-pola tertentu di langit malam.
Tadinya ilmu astronomi dipelajari untuk tujuan praktis. Dengan mengamati peredaran benda-benda langit, para pengamat purba menyadari bahwa gerakan-gerakan yang berulang itu dapat digunakan untuk menjadikan langit sebagai penunjuk waktu (guna memberitahukan jalannya waktu siang dan malam) dan kalendar (untuk menandai pergantian musim). Dengan dasar inilah, imu astronomi berkembang pada kebudayaan Mesir Kuno dan Banylonia. Bangunan Stonehenge peninggalan orang Inggris Purba (sekitar tahun 2800 SM) juga diperkirakan dibangun sebagai semacam observatorium. Dengan menganmati peredaran Bulan dan Matahari melewati tumpukan batu pada bangunan tersebut pada setiap musim, observasi benda-benda langit dapat dilakukan secara akurat.

C.   Orang Penting Dalam Ilmu Astronomi
Ada beberapa ilmuwan yang berpengaruh dalam bidang astronomi diantaranya :
  1. Anaximander (610-546 SM) - Seorang ilmuwan Yunani yang sering disebut sebagai "Bapak Ilmu Astronomi". Ia menganggap bentuk Bumi sebagai silinder dan angkasa berputar tiap hari mengelilinginya.
  2. Aristarchus (abad ke-3 SM) - Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Ia orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya yang kita ketahui saat ini.
  3. Aristoteles (384-322 SM) - Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.
  4. Copernicus, Nicolaus (1473-1543) - Seorang ahli astronomi Polandia yang mencetuskan pandangan bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum pada masanya, melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya. Pola berani ini disajikan dalam bukunya Mengenai Perkisaran Bola-Bola Angkasa yang terbit ditahun wafatnya. Polanya itu lebih memudahkan penjelasan tentang gerakan planet sesuai pengamatan. teorinya didukung oleh pengamatan Galileo dan dibenarkan oleh perhitungan Johannes Kepler
  5. Eratosthenes (276-196 SM) - Seorang ahli astronomi Yunani yang pertama-tama mengukur besarnya Bumi secara teliti. Ia mencatat perbedaan ketinggian Matahari di langit sebagaimana terlihat pada tanggal yang sama dari dua tempat pada garis utara-selatan yang jaraknya diketahui. Dari pengamatannya, ia menghitung bahwa Bumi mestinya bergaris tengah 13.000 km. Hampir tepat dengan angka yang sebenarnya (12.756,28 km pada katulistiwa).
  6. Galileo Galilei (1564-1642) - Seorang ilmuwan Italia yang menciptakan revolusi dalam astronomi dengan pengamatan perintisnya di angkasa. Dalam tahun 1609, Galileo mendengar mengenai penciptaan teleskop dan membuat satu bagi dirinya. Dengan itu ia menemukan kawah-kawah bulan, melihat bahwa Venus menunjukkan fase-fase sambil ia mengitari Matahari dan menemukan bahwa Jupiter memiliki empat buah Bulan.
  7. Gamow, George (1904-1968) - Seorang ahli astronomi Amerika pendukung teori ledakan besar (Big Bang). Menurut hitungannya, kira-kira 10% bahan dalam alam semesta seharusnya adalah Helium yang terbentuk dari Hidrogen selama terjadinya ledakan besar; pengamatan telah membenarkan ramalan ini. Ia juga meramalkan adanya suatu kehangatan kecil dalam alam semesta sebagai peninggalan ledakan besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada 1965.
  8. Halley, Edmond (1656-1742) - Seorang ahli astronomi Inggris yang di tahun 1705 memperhitungkan bahwa komet yang terlihat dalam tahun-tahun 1531, 1607 dan 1682 sesungguhnya adalah benda yang sama yang bergerak dalam satu garis edar tiap 75 atau 76 tahun mengedari matahari. Komet tersebut kini dikenal sebagai Komet Halley. Dalam tahubn 1720, Halley menjadi ahli astronomi kerajaan yang kedua, Di Greenwich ia membuat studi yang memakan waktu lama mengenai gerakan bulan.
  9. Hubble, Edwin (1889-1953) - Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1924 menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di luar galaksi kita. Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi menurut bentuknya yang spiral atau eliptik. Di tahun 1929 ia mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa galaksi bergerak saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan ini kemudian disebut hukum Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan hukum Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur dari pergeseran merah cahayanya. Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap jarak satu juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop raksasa di antariksa yang dioperasikan oleh NASA.
  10. Kant, Immanuel (1724-1804) - Seorang filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern tentang tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah cakram materi di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian dikembangkan oleh Marquis de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula suram yang terlihat di antariksa adalah galaksi tersendiri seperti galaksi Bima Sakti kita. Pendapat tersebut kini telah terbukti kebenarannya.
  11. Kepler, Johannes (1571-1630) - Seorang ahli matematika dan ahli Astronomi Jerman yang menemukan ketiga hukum dasar pergerakan planet. Pertama, dan yang terpenting, ia di tahun 1609 menunjukkan bahwa planet bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit eliptik, bukannya dalam kombinasi lingkaran-lingkaran sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Ia menunjukkan pula bahwa kecepatan planet berubah sepanjang orbitnya, lebih cepat bila lebih dekat dengan Matahari dan lebih lambat bila jauh. Di tahun 1619 ia menunjukkan bahwa jangka waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit berkaitan dengan rata-rata jaraknya dari matahari. Untuk perhitungannya, Kepler menggunakan pengamatan Tycho Brahe.

D.  Cabang-Cabang Astronomi
Astronomi dibagi kedalam beberapa cabang yang merujuk pada perbedaan antara astronomi “teoritis dan pengamatan”. Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua, pertama dikategorikan berdasarkan subjek atau masalah yang dikaji dan yang kedua dikategorikan berdasarkan cara mendapat informasi. Kategori pertama meliputi astronomi galaksi atau pembentukan bintang atau kosmologi. Sedangkan kategori kedua meliputi penggalian informasi dengan menggunakan spektrum elektromagnetik.
    Dalam astronomi, informasi sebagian besar didapat dari deteksi dan analisis radiasi elektromagnetik, foton, tetapi informasi juga dibawa oleh sinar kosmik, neutrino, dan, dalam waktu dekat, gelombang gravitasional (lihat LIGO dan LISA). Pembagian astronomi secara tradisional dibuat berdasarkan rentang daerah spectrum elektromagnetik yang diamati:
a.       Astronomi optikal menunjuk kepada teknik yang dipakai untuk mengetahui dan menganalisa cahaya pada daerah sekitar panjang gelombang yang bias dideteksi oleh mata (sekitar 400 - 800 nm). Alat yang paling biasa dipakai adalah teleskop, dengan CCD dan spektrograf.
b.      Astronomi inframerah mengenai deteksi radiasi infra merah (panjang gelombangnya lebih panjang daripada cahaya merah). Alat yang digunakan hampir sama dengan astronomi optik dilengkapi peralatan untuk mendeteksi foton infra merah. Teleskop Ruang Angkasa digunakan untuk mengatasi gangguan pengamatan yang berasal dari atmosfer
c.       Astronomi radio memakai alat yang betul-betul berbeda untuk mendeteksi radiasi dengan panjang gelombang mm sampai cm. Penerimanya mirip dengan yang dipakai dalam pengiriman siaran radio (yang memakai radiasi dari panjang gelombang itu)
d.      Astronomi energi tinggi
e.       Astronomi Ekstragalaktik: lensa gravitasi. Gambar dari Teleskop Ruang AngkasaHubble menunjukkan beberapa obyek yang terbentuk dengan putaran yang biru yang sebetulnya adalah beberapa tampilan dari galaksi yang sama. Mereka sudah digandakan oleh efek lensa gravitasi kelompok galaksi yang berwarna kuning, bulat panjang dan spiral di dekat pusat foto. Pelensaan gravitasi dihasilkan oleh bidang gravitasi kelompok yang luar biasa masif sehingga mampu melengkungkan cahaya. Beberapa akibatnya adalah memperbesar ukuran obyek yang dilensakan, menjadikan terang dan mengubah tampilan benda yang lebih jauh.
f.       Astronomi sinar-X dan astronomi sinar-gamma
g.      Astronomi ultra violet dan, kecuali sedikit "jendela" dari panjang gelombang.
h.       Astronomi infra merah jauh yang pengamatan bisa dilakukan hanya dari balon atau observatorium luar angkasa.
Berdasarkan subyek atau masalah astronomi terdiri atas astrometri, kosmologi, fisika galaksi, astronomi ekstragalaksi, pembentukan galaksi dan evolusi, ilmu planet, fisika bintang, evolusi bintang, dan pembentukan bintang.


E.   Astronomi di Indonesia
    Bangsa Indonesia telah mengenal perilaku benda-benda langit sejak zaman kuno. Pada awalnya mereka mengamati benda-benda langit hanya dilakukan untuk keperluan astrologi karena pengetahuannya masih sangat terbatas. Penyebutan beberapa obyek-obyek astronomi oleh masyarakat kuno menunjukkan fakta bahwa mereka sangat memanfaatkan benda-benda langit dalam keseharian mereka sejak lama. Sebagai contoh, lintang waluku adalah sebutan masyarakat jawa tradisional untuk menyebutkan tiga bintang dalam sabuk orion dan digunakan sebagai pertanda dimulainya musim tanam dan masih banyak lagi.
    Astronomi modern di Indonesia makin berkembang setelah tahun 1928, atas kebaikan Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan the di daerah Malabar. Dia memasang beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat, yang menjadi cikal bakal berdirinya Observatorium Bosscha yang kita kenal hingga kini. Penelitian astronomi yang dilakukan pada masa colonial diarahkan pada pengamatan bintang ganda visual dan survey langit di belahan selatan ekuator bumi, karena pada masa tersebut belum banyak observatorium yang melakukan pengamatan daerah selatan ekuator.
    Setelah Indonesia merdeka, penelitian astronomi tidak berhenti, bahkan terus dilakukan dan mulai diikuti jejaknya oleh astronom pribumi. Bukti nyata perkembangan penelitian astronomi adalah berdirinya pendidikan astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1959. Saat ini secara formal, pendidikan astronomi dihimpun di Departemen Astronomi, ITB dan secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha. Pendidikan tersebut juga didukung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Selain pendidikan formal, terdapat wadah informal seperti Himpunan Astronomi Amatir Jakarta.
    Indonesia memiliki pakar astronomi terbaik yaitu Profesor Dr.Bambang Hidayat yang pernah menjabat sebagai Vice President IAU (International Astronomical Union).

F.   Manfaat Ilmu Astronomi
Ilmu astronomi memiliki manfaat yang demikian banyaknya, diantaranya:
a.   Manusia jadi mengetahui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.
b.   Manusia dapat menentukan awal bulan Puasa dan hari Lebaran.
c.   Manusia dapat menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari atau bulan.
d.   Membantu manusia untuk menentukan arah mata angin.
e.   Manusia mengetahui terjadinya siang dan malam.
f.    Petunjuk fenomena alam (kejadian-kejadian alam) di bumi.

PENUTUP

Di masa depan, tergantung dari kebutuhan, disiplin astronomi dan antariksa dapat dikembangkan dan ditambah. Pengembaraan dan penyelidikan angkasa luar serta penelitian matahari memerlukan ahli dalam lapangan ini dalam jumlah yang tidak sedikit. Beberapa lembaga pendidikan tinggi dan menengah juga membutuhkan tenaga astronom untuk menunjang kegiatan Pendidikan Buni dan Antariksa. Telah dirasakan perlu adanya orang yang bergerak aktif di dalam lapangn dan mau bergerak dalam pendidikan. Selain itu, penelitian mengenai planet-planet makin memerlukan spesialisasi, tetapi pada dasarnya memerlukan dasar astronomis yang kuat dan antariksa merupakan tempat strategis untuk mempelajari bumi kita.
Bagi mereka yang memilih riset sebagai jalan hidupnya, akan merasakan bahwa sikap setia kawan antardisiplin sangat diperlukan. Ini untuk pengembangan watak dan ilmu. Ditilik dari segi praktik maupun ideal, pendidikan astronomi dan antariksa diperlukan bagi negeri kita sebagai sarana pengembangan profesi maupun sebagai pendukung pengembangan keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

Adrianawisni, Ariasti, dkk. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: ITB.

Zulaikha, Siti. 2007. Ensiklopedi Fisika 5 Astrofisika. Jakarta: Republika.

Nhingzhdt

Saya adalah seorang individu yang sedang berusaha mengejar tujuan untuk menjadi sukses, dan berharap hal itu segera terealisasi. Aktivitas saya sehari-hari sebagai seorang guru mata pelajaran IPA, saya mempunyai dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan dan semoga menjadi teladan bagi murid saya.

1 comments:

Jokerz mengatakan...

Daftar POKER DOMINO QQ Online Terbaik dan Terpercaya Indonesia 2017
pialaqq
sahamdomino
jupiterqq
mutiarapoker
18dewa
bcadomino
waletqq