[Makalah] Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Nhingz,
BLOG--Akhir-akhir ini sepertinya akan banyak share makalah tentang model
pembelajaran kooperatif, karena sedang proses presentasi untuk mata kulyah
Evaluasi. Oh yah kemarin aku sudah posting makalah
model pembelajaran kooperatif STAD yah. Nah sekarang, aku share makalah model pembelajaran koopratif TGT yah,
semoga bermanfaat yah!
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak ahli berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan
efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman
budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran
kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa
memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk
kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok
Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan
pembelajaran pertama dari John Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil yng beranggotakan 3 sampain dengan 5 siswa yang
berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis kelamin,dan latar belakang
etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecilnya,pembelajaran ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali
satu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan
bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok
digunakan untuk mengajar pembelajaran yang dirumuskanndengan tajam dengan satu
jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti matematika dan
fakta-fakta serta konsep IPA.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki
kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforment.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai
6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras
yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing – masing.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
Masalah Pada makalah iniyaitu sebagai beriku :
1.
Bagaimana Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ?
2.
Jelaskan
Analisis dari Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament (TGT)
?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).
2.
Mengetahui
Analisis dari Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament (TGT)
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Model Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT)
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009)
menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik
yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya
yaitu modelpembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).Model ini pada mulanya dikembangkan oleh
David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Penerapan Model TGT dalam
pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti
peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT
juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang
diinginkan. Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen
yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk
selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk
memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat unsur reinforcement.
Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT)
mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan
kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru
untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar
siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar
siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”.
Ditinjau dari kompetensi yang dapat
dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan
(knowledge) yaitu kesadaran
dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT pengetahuan siswa mengenai materi
pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor sebaya.
2. Pemahaman
(understanding) yaitu
menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping
memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk memahami perasaan
orang lain.
3. Kemampuan
(skill) adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa, karena dalam TGT
dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan
menjelaskan kepada siswa lain.
4. Nilai
(value) adalah suatu standar
perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan
penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk
menyatukan pendapat yang berbeda.
5. Sikap
(attitude) yaitu perasaan
(senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa karena dalam TGT
siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru,
sehingga siswa merasa senang dan santai.
6. Minat
(interest) adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT
meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT)
juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran TGT
yaitu:
a) dapat
mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa,
meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,
b) lebih
meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,
c) mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu,
d) dengan
waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,
e) proses
belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,
f) mendidik
siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,
g) motivasi
belajar lebih tinggi, dan
h) meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT yaitu
sebagai berikut.
a. Bagi
guru
·
Sulitnya pengelompokan siswa yang
mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat
diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok.
·
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi
oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi
siswa
·
Masih adanya siswa berkemampuan
tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
B. Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT)
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament terdapat
unsur-unsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut.
1. Syarat-Syarat
Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT)
Syarat-syarat Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip
reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
a. Sintaks
(Syntax)
Menurut
Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara rinci
dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan
Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi
pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah, diskusi, demonstrasi atau
eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang disampaikan dan
ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru harus
memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi
yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada
fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim
mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim
atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk
kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang siswa, terdiri dari siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini adalah untuk
mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh
guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga
mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim
akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri,
dan keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu
bentuk permainan.Materinya terdiri dari sejumlah pertanyaan yang relevan dengan
materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya untuk menguji
kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi secara klasikal dan
hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur
sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
Siswa dari suatu kelompok
ditempatkan pada meja tournament berdasarkan
tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang
berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang
berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang
berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi
dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam
mengikuti lomba atau tournament.
Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih
tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang
memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang
berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat
awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan
tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan
memberitahukan aturan permainan kepada siswa.Setelah itu dilanjutkan dengan
membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh
terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).Permainan pada tiap
meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam
Kurniawan, 2008).
1. Tiap
meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen.
2. Setiap
pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain
pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian
yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca
soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal
dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4. Pembaca
soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang
menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban
pemain salah, maka kartu dibiarkan saja.
5. Permainan
dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam
satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6. Dalam
permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang
lain.
7. Setelah
semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah
kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan
tabel yang telah disediakan.
8. Setiap
pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh
anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan
kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian
Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor anggota setiap kelompok, kemudian dicari rata-ratanya.
Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran perbedaan
prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan
kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No
|
Kriteria (Rata-rata Kelompok)
|
Predikat
|
1
|
X<15
|
-
|
2
|
15≤X<20
|
Kelompok Cukup
|
3
|
20≤X<25
|
Kelompok Baik
|
4
|
25≤X
|
Kelompok Sangat Baik
|
Skor rata-rata kelompok yang lebih
kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk memacu kelompok agar lebih
giat belajar pada topik-topik berikutnya.
Dari sintaks pembelajaran di atas
tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru, akan tetapi siswalah yang
secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota kelompoknya
sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian,
guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik untuk
pembelajaran.
b. Prinsip
Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip reaksi merupakan pola
kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memberikan respon
terhadap siswa.Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran guru adalah
sebagai berikut.
a) Membangun
ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b) Berperan
sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan
menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c) Harus
mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan
pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk
mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan
kooperatif siswa.
e) Memberikan
bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat
berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c. Sistem
Sosial (The Social System)
Sistem sosial adalah pola hubungan
guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan siswa yaitu
terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam
model TGT lebih berpusat pada siswa (student
centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek belajar
yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan
sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok
dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru.
Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
d. Sistem
Pendukung (Support System)
Model pembelajaran TGT dalam
pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat yang dapat menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar
yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas
pendukung khusus seperti peralatan khusus atau ruangan khusus melainkan hanya
meja-meja yang akan dipakai pada saat gametournament, buku-buku yang menyangkut materi yang
dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan.
e. Dampak
Instruksional (Intructional Effect)
dan Dampak Pengiring (Nurturant Effect)
1.
Dampak Instruksional (Instruksional Effect)
Dampak pembelajaran yang diperoleh
dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut.
a) Kemampuan
konstruksi pengetahuan
Dalam TGT siswa melakukan aktivitas
dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dalam sebuah permainan yang
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas semacam ini dan
dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi pengetahuan secara
mandiri akan meningkat.
b) Penguasaan
bahan ajar
Dalam model
TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui
aktivitas belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi
sendiri dapat bertahan lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
c) Kemampuan
berpikir kritis
Dalam model pembelajaran TGT, siswa
dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran siswa sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan optimal.
d) Keterampilan
kooperatif
Pembelajaran dengan TGT memberikan
kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan, jenis kelamin
dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja sama, saling tergantung dan
belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini memungkinkan
berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
·
DAMPAK
PENGIRING (NURTURANT EFFECT)
Dampak pengiring yang diperoleh dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut.
a) Minat
(interest)
Minat yaitu kecenderungan seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan.Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat
belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
b) Kemandirian
atau otonomi dalam belajar
Dalam pembelajaran yang menggunakan
TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi siswa
berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam kelompok-kelompok
kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi siswa
dalam belajar.
c) Nilai
(value)
Pada TGT terkandung nilai kejujuran
dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan
penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk
menyatukan pendapat yang berbeda.
d) Sikap
Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu
Adanya suasana persaingan yang
kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan sendiri. Kondisi
ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan sikap positif
terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
2. Pendekatan
Pada Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT)
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model
pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut.
a. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa
sebagai tutor sebaya.
b. Pendekatan
Liberal (Liberal approaches)
Pendekatan ini memberikan kesempatan
luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya
sendiri.
c. Pendekatan
bervariasi
Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi anak didik dalam
belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006).Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan
dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan
total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
3. Strategi
Pada Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT)
Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi
pembelajaran kelompok yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah serta
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).
4. Metode
Pada Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT)
Metode yang dapat digunakan pada
Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu
sebagai berikut.
a. Metode
Ceramah
Menurut Arikunto (dalam Djamarah,
2005), metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang
dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke
siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat digunakan pada
menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan
mengkonfimasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki.
b. Metode
kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode
mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu kelompok sebagai suatu
kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut (Sriyono,
1992:121).Pada model pembelajaran TGT, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
c. Metode
Diskusi
Pada model pembelajaran TGT, siswa
melakukan diskusi dengan anggota kelompok masing-masing untuk memecahkan suatu
permasalahan.
d. Metode
demostrasi
Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat diterapkan pada saat
guru mnyajikan informasi.
f. Metode problem solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang
menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan
(Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan pada suatu
masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan oleh guru untuk
dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
h. Metode
Pemberian tugas
Metode pemberian tugas dapat
diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan
adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat
diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya
(Sriyono, 1992).Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada
kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model
Pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.
2. Analisis
model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) , sebagai berikut.
a. Syarat-syarat
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
a) Sintaks, yaitu
presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa, permainan (Games Tournament) dan pemberian
penghargaan
b) Prinsip reaksi,
yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber utama dan
menekankan pembelajaran kooperatif.
c) Sistem sosial,
yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa.
d) Sistem pendukung,
yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku penunjang yang
relevan.
e) Memiliki dampak instruksional dan
dampak pengiring.
b. Pendekatan yang
digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan berorientasi pada siswa,
pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi.
c. Strategi yang
digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran kooperatif.
d. Metode yang digunakan
pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa diantaranya yaitu
metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi,problem solving, pemberian tugas, dan eksperimen.
B.
Saran
1.
Sebaiknya ketika guru akan melakukan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikan keterampilan serta kecerdasan siswa secara Detail.
2.
Sebaiknya ketika guru akan melakukan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
mempersiapkan Tingkatan soal yang berbeda pada saat langkah Tournament
dilakukan.
3.
Sebaiknya ketika guru akan melakukan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikankelengkapan Alat yang Ada.
4.
Sebaiknya ketika guru akan melakukan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
memperhatikanWaktu yang tersedia.
5.
Sebaiknya ketika guru akan melakukan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT, musti
mempersiapkan soal-soal quis dalam
bentuk kartu bernomor.
DAFTAR
PUSTAKA
Isjoni. 2009. Pembelajaran
Kooperaatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasiantar peserta Didik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Trianto. 2009. Mendesai
Model Pembelajaran Inovativ Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada
KTSP. Kencana : 2009
Sanjana, Wina.
2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
0 comments:
Posting Komentar