Model Pembelajaran Social Science Inquiry
Social Science Inquiry |
Nhingz, BLOG--Pada
awalnya pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science), kemudian
para ahli pendidikan ilmu sosial berusaha mengadopsinya sehingga
muncullah pembelajaran inkuiri sosial. Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan
strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok ini
didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus diberi pengalaman yang
memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di
masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun
pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Ada tiga
karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial:
(1) adanya aspek
(masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong
terciptanya diskusi kelas;
(2) adanya rumusan hipotesis sebagai fokus
untuk inkuiri; dan
Banks (1985)
menyatakan bahwa pembelajaran melalui model inkuiri sosial ini dapat dilakukan
sejak siswa berada pada jenjang sekolah dasar, hanya penekanannya tidak pada
langkah-langkah inkuiri melainkan lebih kepada memperkenalkan fakta, konsep,
dan generalisasi. Hal ini dikembangkan melalui strategi bertanya, siswa
dikondisikan untuk bertanya sehingga kemampuan berpikir kritis sudah mulai
dikembangkan sejak pendidikan dasar. Dengan demikian, melalui
pembelajaran inkuiri sosial ini, peserta didik sudah dilatih sejak dini
untuk menjadi seorang ilmuwan.
Menurut Wina
Sanjaya (2007) tahapan proses pembelajaran inkuiri sosial dapat dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Tahap Orientasi
Langkah yang
pertama ini dimaksudkan untuk membina suasana/iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah.
Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran
inkuiri sosial sangat tergantung pada kamauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan
itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam tahapam orientasi ini adalah:
(a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.;
(b) menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan; dan
(c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Tahap Merumuskan Masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Poses mencarl jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalul
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagal
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki
yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep
yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembeIajaran
Inkuiri.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
(a)
masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi
belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak
dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah
pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan
bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan
sebaiknya diserahkan kepada siswa;
(b) masalah yang
dikaji adaIah masaIah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya,
guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru
jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya
secara pasti;
(c)
konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terilebih
dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui
proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki
pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan
siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham
konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
3.
Tahap Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu
untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi
berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka Ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong
untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan
kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina.
Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru tintuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
pada setiap anak adalah (dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki
landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.
Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
4.
Tahap Mengumpulkan Data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan
proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
5.
Tahap Menguji Hipotesis
Proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
bipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan banya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6.
Tahap Merumuskan kesimpulan
Proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu,
untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
***
0 comments:
Posting Komentar