Antropologi dan Astronomi

Juli 10, 2012 , 0 Comments

Nhingz, BLOG--Sudah sejak berabad-abad orang melihat benda-benda langit seperti matahri, bulan, planet, dan bintang berubah-ubah kedudukannya bila dilihat dari suatu tempat di bumi. Perubahan ini tidak terjadi secara acak, tetapi berlangsung dengan pola dan irama tertentu. Setiap hari orang melihat benda langit terbit di timur dan tenggelam di barat. Siang berganti malam dan malam berganti siang.
Perubahan kedudukan benda langit yang berpola dan berirama teratur karena irama dan polanya yang tetap itu , orang dapat meramalkan kapan suatu peristiwa di langit akan berulang kembali. Orang mengetahui kapan suatu gerhana akan terjadi. Saat terlihatnya rasi bintang tertentu dapat digunakan sebagai pedoman waktu bercocok tanam.
Namun pada abad-abad yang telah silam itu tak ada orang yang tahu apakah sebenarnya benda langit yang mereka amati itu. Semuanya itu masih rahasia kelam bagi mereka. Ilmu pengetahuan berkembang, rasa ingin tahu manusia pun bertambah. Orang tidak puas sekedar mengikuti aneka gerak di langit itu. Dengan ditunjang perkembangan ilmu pengetahuan, terutama fisika dan matematika, orang berusaha mengetahui hakekat fisis benda tersebut. Dan yang penting pula, mereka ingin megetahui bagaimana benda langit itu terbentuk dan berkembang.

Pembahasan


Jika kita mengamati langit malam di tempat yang jauh dari terangnya kota, kita akan melihat beberapa ribu bintang dengan mata telanjang. Bintang-bintang itu terlihat berubah kecerlangannya dari waktu ke waktu, yang kita sebut berkelap-kelip (twinkling). Kelap-kelip itu terjadi karena udara yang bergerak pada atmosfer Bumi
JIka kita melihat ke langit dengan menggunakan teleskop, maka kita akan melihat bintang-bintang dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih terang, tetapi bintang-bintang tersebut tidak bertambah besar wujudnya. Dengan mata telanjang sebuah bintang terlihat seperti titik, dan dengan teleskop bintang tersebut masih akan terlihat berupa titik yang terang.
          Ini disebabkan karena jarak bintang-bintang itu sangat jauh dari kita. Tidak demikian halnya jika kita melihat planet. Dengan teleskop, sebuah planet akan terlihat seperti piringan berpola, karena jaraknya yang relative dekat dengan kita.

CAHAYA
ALLAH berfirman dalam dalam Surah ke-25 Al Furqaan ayat 61:

{س} تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاء بُرُوجاً وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجاً وَقَمَراً مُّنِيراً -٦١-
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Telah menciptakan jutaan atau bahkan milyaran atau bahkan lebih banyak bintang dalam langit ciptaan-NYA. Kumpulan bintang-bintang kemudian kita sebut dengan nama “galaksi (galaxy)”. Terdapat banyak galaksi yang hanya ALLAH saja yang tahu jumlahnya.
Dengan berkembangnya  ilmu pengtahuan, maka kita dapat melihat dan mengetahui jumlah bintang serta benda-benda langit lainnya yang telah Allah ciptakan di alam semesta ini. Astronomi ilmu yang mengamati keadaan luar angkasa (tatasurya), ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya.
       Pasti muncul pertanyaan dalam pikiran kita bagaimana caranya para astronom mendapatkan informasi tentang keberadaan obyek langit dan fenomena-fenomena lain yang terjadi di alam semesta, padahal mereka tidak dapat melakukan eksperimen dengan benda yang dipelajarinya itu?
Kalau kita pelajari Biologi, dan kita hendak menyelidiki anatomi katak, maka dengan mudah kita dapat mencari katak untuk kemudian dibawa ke laboratorium. Tapi kalau kita belajar astronomi, kita dapat membawa obyek-obyek itu pun sangat besar. Satu-satunya penghubung antara benda langit dengan manusia adalah cahaya benda langit tersebut yang dapat samapai ke permukaan Bumi. Dari cahaya itulah para astronomi mendapatkan informasi tentang benda langit yang memancarkannya dan tentang medium yang dilewati cahaya itu.
          Setiap benda langit yang memiliki cahayanya sendiri pasti memancarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik itu terdapat dalam berbagai panjang gelombang spectrum. Tetapi tidak semua panjang gelombang itu dapat sampai  ke permukaan Bumi, karena atmosfer Bumi menyerap atau memantulkan gelombang itu.
Mata kita bisa melihat sebuah benda (baik benda yang ada di sekeliling kita maupun benda-benda langit yang jauh) karena benda tersebut mampu memancarkan ataupun memantulkan cahaya dalam range panjang gelombang tampak (visible light) yaitu antara 3800 Angstrom  (3800 Ǻ ) hingga 6300 Angstrom (6300 Ǻ ). Dengan cahaya merah sebagai cahaya dengan panjang gelombang terpanjang namun dengan energi terlemah, dan biru sebagai gelombang terpendek namun memiliki tingkat energi tertinggi.
Yang dapat dapat menembus atmosfer Bumi hanya beberapa diantaranya adalah cahaya kasatmata atau gelombang optik dan gelombang radio. Gelombang optik mempunyai panjang gelombang antara 3.800-7.500 angstrom (Angstrom adalah satuan untuk panjang gelombang, 1 Angstrom = ­­­10m) dan terdiri dari berbagai warna : merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Atmosfer Bumi dapat ditembus gelombang optic hingga cahaya itu sampai permukaan Bumi. Angkasa seperti itu disebut jendela optik, karena kita dapat melihat angkasa luar melalui jendela itu. Gelombang lain yang dapat diteruskan oleh atmosfer Bumi adalah gelombang radio, dengan panjang gelombang mulai dari beberapa millimeter sampai orde 20 meter. Atmosfer Bumi tempat dengan sifat seperti itu dinamakan jendela radio.
          Kita di Bumi tentu saja membutuhkan instrumentasi untuk menangkap gelombang-gelombang tersebut, yaitu dengan teleskop. Dengan mata telanjang kita bisa melihat sekitar 5.000 buah bintang; tetapi dengan bantuan teleskop yang bergaris tengah 10 cm saja, jumlah bintang yang kita lihat biasa mencapai dua juta buah. Apalagi bila digunakan teleskop raksasa bergaris tengah 5 m seperti terdapat di Mounth Palomar, jumlah bintang yang dapat dilihat ditaksir lebih dari semilyar.
Pada awal penemuannya, teleskop hanya bisa mendeteksi pantulan cahaya yang berada dalam range visible light,karena memang pengamtan masih murni menggunakan mata dan belum menggunakan alat bantu seperti sekarang ini. Teleskop-teleskop tersebut menggunakan lensa cembung untuk meng-collect cahaya pantul dari objek yang diamati. Cara kerja teleskop ini cukup klasik , yaitu dengan memfokuskan cahaya yang diperoleh ke suatu pelat sehingga image yang muncul bisa langsung dianalisis .
Untuk menangkap gelombang optik, kita menggunakan teleskop optik. Penggunaan teleskop optik untuk mengamati benda langit pertama kali dilakukan oleh Galileo Galilei, seorang astronom Italia pada tahun 1609. Semua teleskop di Observatotium Bosscha adalah teleskop optik.

Gambar 1. Atas: Cassegrain merancang teleskop reflektor yang menggunakan cermin cembung sebagai cermin sekunder, sehingga dapat “melipat” titik api cermin primer. Bawah: Rancangan Cassegrain sangat berguna dalam membuat teleskop menjadi semakin compact dan portabel, sehingga banyak digunakan oleh produsen teleskop portabel.

Untuk menangkap gelombang radio, digunakanlah teleskop radio. Teleskop radio ini pertama kali dikembangkan oleh Karl Jansky pada tahun 1930-an. Gambar 2 adalah teleskop radio yang ada di Arecibo, Puerto Rico dengan diameter 305 meter.
Gambar 2 teleskop radio Puerto Rico
Pengamatan yang dapat dilakukan di permukaan Bumi terbatas pengamatan untuk pancaran optik dan radio. Informasi yang didapatkan dari kedua jenis pancaran itu tentu saja sangat terbatas. Para astronom berusaha mengamati jenis pancaran lainnya, seperti gelomabng inframerah, ultraviolet, sinar-x, sinar-g, dan lain-lain. Karena gelombang itu tidak dapat diamati dari permukaan Bumi, maka yang harus dilakukan adalah membawa peralatan ke luar atmosfer Bumi, yaitu dengan perantaraan balon, roket atau satelit. Contohnya adalah satelit Uhuru yang diluncurkan pada tahun 1970 untuk pengamatan astronomi sinar-x; satelit IUE (International Ultraviolet Explorer) pada tahun 1978 untuk pengamatan sinar ultraviolet, dan IRAS (Infra Red Astronomical Satelitte) yang diluncurkan pada tahun 1983  untuk pengamatan sinar infra merah. Dengan diluncurkan berbagai satelit ini, kita memperoleh informasi yang makin lengkap mengenai jagat raya beserta seluruh isinya dalam seluruh rentang spectrum.
Dalam evolusinya teleskop tidak hanya mampu mendeteksi cahaya dalam range visible light saja , namun juga gelombang-gelombang cahaya tak tampak. Hal ini tentu menggembirakan karena memang ada beberapa objek yang sangat jauh dan memiliki magnitude yang sangat besar sehingga sulit terdeteksi dengan mata telanjang
Dengan munculnya teleskop radio yang mampu mendeteksi gelombang cahaya yang berada dalam range gelombang radio. kemudian diikuti dengan teleskop sinar gamma dan sinar X, yang panjang gelombangnya jauh lebih kecil.namun apa perbedaan penggunaan dari satu jenis teleskop dengan yang lain ?






Untuk menjawabnya perhatikan gambar di bawah ini



Gambar tersebut menggambarkan kemampuan “penetrasi” gelombang elektromagnetis terhadap lapisan atmosfir bumi. Makin tinggi nilai opacity atmosfernya , maka gelombang tersebut makin sulit menembus atmosfer sehingga solusi terbaiknya adalah dengan “menampungnya” dari luar angkasa. Dan bila opacitynya rendah, berarti pantulan gelombang elektromagnetis tersebut makin mudah diobserve via stasium pengamatan di bumi.
Dari gambar diatas Nampak bahwa panjang gelombang 0,1 nanometer sampai 100 nanometer sulit menembus atmosfer sehingga untuk mengamati sebuah objek angkasa yang panjang gelombangnya berada di range itu , hanya bisa dengan menggunakan stasiun pengamatan yang diletakkan di luar angkasa (seperti teleskoip Hubble ). Untuk objek angkasa dengan panjang gelombang 10 cm sampai 10 meter , penetrasinya mampu menembus atmosfer dengan sempurna sehingga pengamatan objek angkasa tersebut bila dilakukan dari bumi akan baik-baik saja.
Maka bisa disimpulkan bahwa penggunaan teleskop jenis yang satu dengan lainnya bergantung pada panjang gelombang cahaya yang akan dideteksi olehnya. Sebuah contoh, Bila suatu objek angkasa memiliki panjang gelombang dalam skala sinar gamma (panjang gelombang pendek) maka mustahil kita bisa memakai teleskop cahaya tampak untuk mengobservasinya. Itu artinya kita harus menggunakan teleskop luar angkasa untuk mengidentifikasinya.
Di worldwide telescope (WWT) , kita bisa melihat objek-objek langit dalam berbagai macam panjang gelombang. Kita bisa mengamati objek-objek yang ada di range radio wave sampai sinar gamma. Bahkan WWT juga bisa menggunakan hydrogen-alpha (H-Alpha) yang bisa mendeteksi aktivitas-aktivitas objek langit dengan kecepatan tinggi.
Di atas adalah snapshot beberapa jenis cara melihat sebuah objek langit dengan WWT. Komplit sekali,bukan ? WWT benar-benar memberikan fungsionalitas lengkap sebuah teleskop kelas dunia ke dalam PC anda. Jika kita klasifikasikan , tipe-tipe pencitraan di WWT bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Venus dilihat dari pandangan optical (optical View)

Gambar4 Bintang NGC-281 dilihat dengan menggunakan View Radio
Gambar 5 Bintang NGC 2153 dilihat dengan pandangan sinar X

Gambar 6 Bintang NGC 1198 dilihat dengan pandangan inframerah
         
Gambar 7 Bintang NGC 6881 dilihat dengan pandangan Gelombang Microwave,

Gambar 8 NGC 2645 dilihat dengan Hidrogen Alpha View
Gambar 9 NGC 1502 dilihat dengan sinar gamma
ASTRONOMI DAN ASTROLOGI
          Banyak orang yang salah kaprah menyamakan ilmu astronomi dengan astrologi. Padahal astrologi sama sekali tidak berhubungan dengan astronomi, kecuali dalam konteks sejarah. Astrologi tidak mendapat tempat dalam ilmu Astronomi, karena metodologi dan obyektifitasnya tidak sama. Sampai sekarang belum ada eksperimen yang berhasil dilakukan untuk membuktikan bahwa astrologi itu ilmiah. Dari sudut pandang ilmuan pada umumnya dan para astronom pada khususnya. Astrologi itu tidak mempunyai makna lebih dan tidak mungkin dijelaskan dengan hukum fisika yang selama ini kita anut untuk menerangkan hubungan sebab akibat. Orang menghubung astrologi dengan astronomi hanya karena pada astrologi menggunakan obyek astronomis untuk membuat ramalannya.
          Astrologi lebih dahulu dari Astronomi. Pada masa beberapa ribu tahun sebelum masehi itu ilmu penggetahuan belum berkembang. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari para petani dan penggembala pada masa itu telah mempelajari gerak semu Matahari dan Bulan yang membantu mereka untuk mengetahui saat yang tepat untuk bercocok tanam dan pergantian musim. Mereka melakukan astronomi praktis, meskipun pada saat itu ilmu Astronomi belum dienal. Para astrolog juga tertarik pada keajaiban langit, dan kemudian mereka berusaha menyimpulkan bahwa jika gerakan Matahari dan Bulan mempengaruhi musim di Bumi, maka perubahn penampakan bintang-bintang juga dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Para astrolog ini menganggap dengan membaca keadaan bintang-bintang di langit, maka mereka dapat meramal masa depan suatu bangsa atau masa depan seseorang. Inilah yang disebut astrologi. Kedudukan para astrolog pada saat itu sangat tinggi di sisi masyarakat, dan dapat mempengaruhi perkembangan tatanan hidup.
          Segala catatan dan data statistik gerakan benda-benda langit dikumpulkan para praktisi untuk diketahui manfaat religiusnya. Banyak dari catatan tersebut membuahkan hasil yang mengagumkan, misalnya tentang perkiraan terjadinya gerhana. Dari peninggalan bangunan keagamaan saat itu, dapat dilihat bahwa bentuk bangunan maupun tempatnya dituntun oleh konsep langit sebagai pembawa pesan bagi manusia. Menara tujuh tingkat di Mesopotamia merupakan salah satu contoh. Menara ini ditujukan untuk pemujaan tujuh benda langit yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Benda langit tersebut yaitu Matahari, Bulan, dan 5 buah “bintang”. “Bintang ini tidak lain adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.
          Astronomi tenggelam pada kemegahan astrologi pada masa itu, karena segala perhitungan dan pengamatan benda langit ditujukan untuk hal-hal religiuys yang mampu meramal masa depan seseorang atau sutu bangsa. Baru sekitar 150 tahun sebelum masehi, ahli-ahli astronomi bangsa Yunani benar-benar memisahkan astronomi dan astrologi. Mereka melakukan pengamatan dan perhitungan lebih cermat dan sistematik terhadap posisi benda-benda langit. Mereka menyumbangkan hasil yang didapat untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk hal-hal yang bersifat takhayul.
          Walaupun sekarang Astronomi dan astrologi sudah terpisah dengan jelas, namun penamaan rasi-rasi bintang dan planet dalam astrologi masih digunakan sampai sekarang. Misalkan saja dari 88 rasi bintang yang ada dilangit, 12 nama rasi bintang berasal dari nama astrologi.

Penutup

Dengan mata telanjang pada langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa planet, bintang, meteor, pada waktu-waktu tertentu komet, disamping matahari dan bulan. Kemudian para ahli astronomi bangsa Yunani melakukan pengamatan dan perhitungan lebih cermat dan sistematik terhadap posisi benda-benda langit.      Setiap benda langit yang memiliki cahayanya sendiri pasti memancarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik itu terdapat dalam berbagai panjang gelombang spectrum. Kita di Bumi tentu saja membutuhkan instrumentasi untuk menangkap gelombang-gelombang tersebut, yaitu dengan teleskop. Teleskop merupakan sebuah perangkat optik ideal untuk menjelajahi kedalaman semesta, juga mengamati benda-benda langit. Namun dalam setiap penggunaan teleskop jenis yang satu dengan lainnya bergantung pada panjang gelombang cahaya yang akan dideteksi olehnya.
Astrologi sama sekali tidak berhubungan dengan astronomi.
Astrologi artinya ilmu perbintangan dalam arti untuk tujuan nujum (ramal-meramal) sedangkan astronomi ilmu yang mengamati keadaan luar angkasa (tatasurya) dengan kesimpulan bahwa astrologi itu non-ilmiah dan lebih ke metafisik.sedangkan astronomi itu ilmiah (scientific).

DAFTAR PUSTAKA

Adrianawisni, Ariasti, dkk. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: ITB
http://4.bp.blogspot.com
http://ferrofa.net/?p=35
http://hanstt.files.wordpress.com
http://iful.unisri.ac.id
http://www.fisikanet.lipi.go.id
http://www.geocities.com
http://www.google.co.id
Sutantyo, Winardi. 1984. Astrofisika Mengenal Bintang. Bandung: ITB

Nhingzhdt

Saya adalah seorang individu yang sedang berusaha mengejar tujuan untuk menjadi sukses, dan berharap hal itu segera terealisasi. Aktivitas saya sehari-hari sebagai seorang guru mata pelajaran IPA, saya mempunyai dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan dan semoga menjadi teladan bagi murid saya.

0 comments: